Sabtu, 29 Januari 2011

cervisitis

BAB I
TINJAUAN TEORI
CERVICITIS
1. DEFINISI
a. Cervicitis ( endo cervicitis ) ialah radang pada selaput lendir canalis cervikalis. Karena epitel selaput canalis cervikalis hanya terdiri dari satu lapisan silindris mana dengan muda terjadi infeksi. Pada seorang multipara dalam keadaan normal canalis cervikalis bebas kuman, pada seorang multipara dengan ostium uteri eksternum sudah lebih terbuka, batas atas dari daerah bebas kuman ostium uteri internum.

2. KLASIFIKASI
Cervicitis Akula
o Penyebab
Cervicitis Akula dalam pengertian yang lazim ialah infeksi yang diawali dari endoseviks dan ditemukan dalam gonorhea, dan pada infeksi post abortum atau post partum yang disebabkan oleh streptococcus, stafilococcus dll.
o Gejala
Cervis merah dan membengkak dengan mengeluarkan cairan mukupurulen. Akan tetapi gejala-gejala pada cervis biasanya tidak seberapa tampak ditengah gejala-gejala lain dari infeksi yang bersangkutan.
o Terapi
Terapi dilakukan dalam rangka pengobatan infeksi tersebut. Penyakit ini dapat sembuh tanpa bekas atau menjadi cervicitis kronika.

Cervicitis Kronika
o Patofisiologi
Penyakit ini dijumpai pada sebagian besar wanita yang pernah melahirkan dengan luka-luka kecil atau besra pada cerviks karena partus atau abortus memudahkan masuknya kuman-kuman kedalam endocerviks dan kelenjar-kelenjarnya, lalu menyebabkan infeksi menahun. Beberapa gambaran patologis dapat ditemukan :
 Cerviks kelihatan normal, hanya pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan infiltrasi endokopik dalam stroma endocerviks. Cervicitis ini tidak menimbulkan gejala, kecuali pengeluaran sekret yang agak putih kekuningan.
 Disini pada portio uteri sekitar ostium uteri eksternum tampak daerah kemerah-merahan yang tidak terpisah secara jelas dan epitel portio disekitarnya, sekret dikeluarkan terdiri atas mukus bercampur nanah.
 Sobekan pada cerviks uteri disini lebih luas dan mucosa endocerviks lebih kelihatan dari luar (eksotropion). Mukosa dalam keadaan demikian itu mudah kena infeksi dari vagina, karena radang menahun, cerviks bisa menjadi hipertropis dan mengeras : sekret bertambah banyak.

3. GEJALA
i. Flour hebat biasanya kental atau purulen dan kadang-kadang berbau.
ii. Sering menimbulkan erosi pada potio yang tampak sebagian daerah yang merah menyala.
iii. Pada pemeriksaan inspekulo kadang-kadang dapat dilihat flour yang purulen keluar dari kanalis cervicalis. Kalau portio normal, tidak ada ektripion maka harus diingat gonorhoe.
iv. Sekunder dapat terjadi kolpitis dan vulvitis.
v. Pada cervicitisyang kronis kadang-kadang dapat dilihal bintik-bintik ini disebut ovula nabothii dan disebabkan oleh retensi kelenjar-kelenjar cerviks karena saluran keluarnya tertutup oleh pengisutan dari luka cerviks atau karena radang.

4. ETIOLOGI
Penyebab :
i. Gonorhoe, sediaan harus dari flour cerviks, terutama yang purulen.
ii. Sekunder terhadap kolpitis.
iii. Tindakan intrauteri dilatasi dll.
iv. Alat-alat atau obat kontrasepsi.
v. Robekan cerviks terutama yang menyebabkan extropin.

5. PENATALAKSANAAN
Terapi
 Antibiotika terurama kalau dapat ditemukan gonococus dalam sekret.
 Kalau cerviks tidak spesifik didapat diobati dalam argentetas netrta 10% atau Albotyl yang menyebabkan dengan epitel slindris dengan harapan bahwa kemudian diganti dan epitel gepeng berlapis banyak.
 Kauterisasi-radial dengan termokauter, atau dengan krioterapi. Sesudah kauterisasi terjadi nekrosis, jaringan yang meradang terlepas dalam kira-kira 2 minggu dan diganti lambatlaun oleh jaringan yang sehat. Jika radang menahun mencapai endocerviks jauh kedalam kanalis crevikalis, perlu dilakukan konisasi dengan mengangkat sebagian besar mukosa endocerviks. Jika sobekan dan infeksi sangat luas, perlu dilakukan amputasi cerviks.

DAFTAR PUSTAKA
Lutan,dr.Delfi.1998.Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi & Obstetri Patologi. Jakarta : EGC
Saifuddin,Abdul B.2001.Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal.Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo
Manuaba, Prof.dr.Ida Bagus,SpOG.1998.Ilmu Kebidanan Penyakit kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan.Jakarta : EGC
Padjajaran,Universitas.2003.Obstetri Patologi Edisi 2,Jakarta : EGC
Wiknjosastro, H. 2006.Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Wiknjosastro, H.1997..Ilmu Kebidanan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

http://terselubung.cz.cc/

Senin, 17 Januari 2011

INVERSIO UTERI

PEMBAHASAN

Definisi :

Inversio Uteri adalah keadaan dimana fundus uteri masuk ke dalam kavum uteri,dapat secara mendadak atau terjadi perlahan. (Ilmu Kebidanan Penyakit kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan,Prof.dr.Ida Bagus M,SpOG)

Inversio uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau seluruhnya masuk ke dalam kavum uteri. (Obstetri Fisiologi & Obstetri Patologi,dr. Delfi Lutan Sp.OG)

Inversio Uteri adalah suatu keadaan dimana bagian atas uterus (fundus uteri ) memasuki kavum uteri sehingga fundus uteri sebelah dalam menonjol ke dalam kavum uteri,bahkan ke dalam vagina atau keluar vagina dengan dinding endometriumnya sebelah luar.(Ilmu Kandungan,Sarwono Prawiroharjo)

Inversio Uteri adalah suatu keadaan dimana badan rahim berbalik, menonjol melalui serviks (leher rahim) ke dalam atau ke luar vagina. (Obstetri Patologi ,UNPAD )


Inversio uteri merupakan keadaan dimana bagian atas uterus memasuki kavum uteri, sehingga fundus uteri sebelah dalam menonjol kedalam kavum uteri. Peristiwa ini jarang sekali ditemukan, terjadi tiba-tiba dalam kala III/ segera setelah plasenta keluar.(Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal,Sarwono Prawiroharjo)

Berikut ini adalah gambar inversio uteri


Klasifikasi

Inversio uteri dibagi atas :

(1). Inversio uteri ringan

Fundus uteri terbalik menonjol dalam kavum uteri, namun belum keluar dari ruang rongga rahim.

(2). Inversio uteri sedang

Fundus uteri terbalik dan sudah masuk dalam vagina.

(3). Inversio uteri berat

Uterus dan vagina semuanya terbalik dan sebagian sudah keluar vagina.

(Ilmu Kebidanan Penyakit kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan,Prof.dr.Ida Bagus M,SpOG)

Ada pula beberapa pendapat membagi inversio uteri menjadi

(1). Inversio inkomplit

Yaitu jika hanya fundus uteri menekuk ke dalam dan tidak keluar ostium uteri atau serviks uteri.

(2). Inversio komplit

Seluruh uterus terbalik keluar, menonjol keluar serviks uteri.

(3). Inversio local

Fundus uteri menonjolsedikit ke dalam cavum uteri

(4). Inversio parsial

Tonjolan fundus uteri terbatas hanya pada cavum uteri

(5). Inversio total

Tonjolan telah mencapai vagina atau keluar vagina

(Ilmu Kandungan,Sarwono Prawiroharjo)

Gejala

1. Dijumpai pada kala III atau post partum dengan gejala nyeri yang hebat,
perdarahan yang banyak sampai syok. Apalagi bila plasenta masih melekat dan
sebagian sudah ada yang terlepas dan dapat terjadi strangulasi dan nekrosis.
2. Pemeriksaan dalam :
– Bila masih inkomplit maka pada daerah simfisis uterus teraba fundus uteri
cekung ke dalam.
– Bila komplit, di atas simfisis uterus teraba kosong dan dalam vagina teraba
tumor lunak.
– Kavum uteri sudah tidak ada (terbalik).

Gejala-gejala inversio uteri pada permukaan tidak selalu jelas. Akan tetapi, apabila kelainan itu sejak awalnya tumbuh dengan cepat, seringkali timbul rasa nyeri yang keras dan bisa menyebabkan syok. Rasa nyeri yang keras disebabkan karena fundus uteri menarik adneksa serta ligamentum infundibulopelvikum dan ligamentum rotundum kanan dan kiri kedalam terowongan inversio dan dengan demikian mengadakan tarikan yang kuat pada peritoneum parietal. Kecuali jika plasenta yang seringkali belum lepas dari uterus masih melekat seluruhnya pada dinding uterus, terjadi juga perdarahan.

Peristiwa inversio uteri dapat menyebabkan meninggalnya penderita , akan tetapi kadang-kadang gejala-gejalanya tidak seberapa berat. (Prof.dr.Ida Bagus M,SpOG ,Ilmu Kebidanan Penyakit kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan)

Menurut UNPAD, gejala inversio uteri adalah :

1. Syok
2. Fundus uteri sama sekali tidak teraba di bawah pusat atau teraba tekukan pada fundus
3. Kadang-kadang tampak sebuah tumor yang merah diluar vulva. Hal itu adalah fundus uteri yang terbalik atau teraba tumor dalam vagina
4. Perdarahan

Etiologi

Inversio uteri biasanya dijumpai pada atau sesudah kala III persalinan. Tekanan pada fundus uteri yang dilakukan ketika uterus tidak berkontraksi baik , tarikan pada tali pusat kontraksi uterus yang tidak normal,dapat merupakan permulaan masuknya fundus uteri ke dalam cavum uteri,dan kontraksi uterus berturut-turut mendorong fundus yang terbalik ke bawah.


Gambar : Akibat traksi talipusat dengan plasenta yang berimplantasi dibagian fundus uteri dan dilakukan dengan tenaga berlebihan dan diluar kontraksi uterus akan menyebabkan inversio uteri


Menurut buku Obstetri Patologi ada tiga factor yang menyebabkan terjadinya inversio uteri yaitu :

1. Tonus otot rahim yang lemah
2. Tekanan atau tarikan pada fundus (tekanan intraabdominal , tekanan dengan tangan , dan tarikan pada tali pusat)
3. Kanalis servikalis yang longgar.

Diagnosa

Diagnosa inversio uteri akut biasanya tidak sulit. Gejala-gejalanya adalah syok,nyeri keras dan perdarahan ,tidak terabanya fundus uteri dibawah pusat ,dan adanya tumor lembek di vagina yang keluar dari servik uteri yang sedikit terbuka memastikan diagnostic. Pada inversio uteri menahun terlihat serta teraba pada pemeriksaan ginekologik sebuah tumor kenyal kemudian cincin dalam vagina yang dengan tangakinya masuk ke dalam dengan melewati lingkaran yakni ostium uteri eksternum yang sedikit terbuka , sedang diatas serviks uteri tidak teraba adanya korpus uteri. (Sarwono P,Ilmu Kandungan)

Penanganan

Sebagai tindakan pencegahan, dalam memimpin persalinan harus selalu waspada akan kemungkinan timbulnya inversio uteri.

Hal-hal yang perlu diwaspadai yaitu:

- Jangan memijat-mijat uterus saat tidak berkontraksi dan lembek.

- Jangan mengadakan tarikan pada tali pusat sebelum yakin bahwa placenta sudah lepas.

Pada inversio uteri yang sudah terjadi,sambil mengatasi syok dilakukan reposisi manual dalam narkosa.


Gambar : Reposisi Inversio Uteri.


Tangan kanan seluruhnya dimasukkan ke dalam vagina , melingkari tumor dalam vagina , dan telapak tangan mendorong perlahan-lahan tumor ke atas melalui serviks yang masih terbuka. Setelah reposisi berhasil maka tangan dipertahankan sampai dirasakan uterus telah berkontraksi dan kalau perlu dimasukkan tampon ke dalam cavum uteri dan vagina. Tampon dibuka setelah 24 jam dengan diberikan uterotonika terlebih dahulu sebelum tampon diangkat.

Pada inversio uteri menahun, prosedur diatas tidak bisa dilakukan karena lingkaran kontraksi pada ostium uteri eksternum sudah mengecil dan menghalangi lewatnya korpus uteri yang terbaik. Dalam hal ini perlu dilakukan operasi setelah infeksi diatasi.

Operasi vaginal terdiri atas operasi menurut kustner dan menurut spinelly. Pada operasi pertama lingkaran dipotong disebelah belakang , sedang pada operasi kedua, pemotongan dilakukan disebelah depan. Pemotongan lingkaran dan dinding diatasnya memungkinkan reposisi sesudah itu luka dijahit kembali. Haultain dan Hunington mengusahakan reposisi dengan laparotomi.(Sarwono P, Ilmu Kebidanan )


Gambar : Bila reposisi per vaginam gagal, maka dilakukan reposisi melalui laparotomi


Menurut buku obstetric patologi, terapi untuk inversio uteri yaitu sebagai berikut :

1. Atasi syok dengan pemberian infuse RL dan bila perlu transfusi darah.
2. Reposisi manual dalam anestesi umum sesudah syok teratasi (secara jhonson).
3. Jika placenta belum lepas, baiknya placenta jangan dilepaskan dulu sebelum uterus di reposisi karena dapat menimbulkan perdarahan banyak.
4. Setelah reposisi berhasil, drip oksitosin dan dapat dilakukan kompresi bimanual.
5. Pemasangan tampon rahim dilakukan supaya tidak terjadi lagi inversio.


Penanganan inversio uteri :


1. Pencegahan : hati-hati dalam memimpin persalinan, jangan terlalu mendorong
rahim atau melakukan perasat Crede berulang-ulang dan hati-hatilah dalam
menarik tali pusat serta melakukan pengeluaran plasenta dengan tajam.
2. Bila telah terjadi maka terapinya :
– Bila ada perdarahan atau syok, berikan infus dan transfusi darah serta perbaiki
keadaan umum.
– Segera itu segera lakukan reposisi kalau perlu dalam narkosa.
– Bila tidak berhasil maka lakukan tindakan operatif secara per abdominal
(operasi Haultein) atau per vaginam (operasi menurut Spinelli).
– Di luar rumah sakit dapat dibantu dengan melakukan reposisi ringan yaitu
dengan tamponade vaginal lalu berikan antibiotik untuk mencegah infeksi.

( dr. Delfi Lutan Sp.OG .Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi & Obstetri Patologi)


DAFTAR PUSTAKA


Lutan,dr.Delfi.1998.Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi & Obstetri Patologi. Jakarta : EGC

Saifuddin,Abdul B.2001.Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal.Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo

Manuaba, Prof.dr.Ida Bagus,SpOG.1998.Ilmu Kebidanan Penyakit kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan.Jakarta : EGC

Padjajaran,Universitas.2003.Obstetri Patologi Edisi 2,Jakarta : EGC

Wiknjosastro, H. 2006.Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo


Wiknjosastro, H.1997..Ilmu Kebidanan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Kamis, 13 Januari 2011

LANDASAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN KALA I FASE AKTIF

LANDASAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN KALA I FASE AKTIF

2.1 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Kala I Fase Aktif
Dalam memberikan asuhan kebidanan kepada klien menggunakan 7 langkah management kebidanan menurut Helen Varney yaitu :

I. PENGUMPULAN DATA
Pengkajian:
Tanggal :
Jam :
A. Data Subyektif.
a. Biodata.
- Identitas Pasien:
• Nama,
• umur, batasan usia yang dianggap normal untuk kehamilan adalah 20 sampai 35 tahun, jika ≤20 atau ≥35 tahun maka pasien beresiko tinggi dalam kehamilan dan juga persalinannya.
• agama,
• suku / bangsa,
• pekerjaan,
• pendidikan,
• kawin,
• umur kawin,
• lama kawin,
• alamat.
- Identitas Suami:
• Nama,
• umur,
• agama,
• suku / bangsa,
• pekerjaan,
• pendidikan,
• kawin,
• umur kawin,
• lama kawin,
• alamat.
b. Keluhan utama
Pada fase ini pasien mengalami gejala seperti perut terasa kenceng-kenceng (mulai dari ,punggung, pantat sampai perut bag bawah) ≥4.10’.40” teratur sejak pukul….., mengeluarkan lendir dan darah
c. Riwayat Kebidanan.
 Riwayat Mentruasi.
Menarche, siklus haid, banyaknya, dismenorhea (sebelum / saat haid), flour albus, warna, HPHT.
 Riwayat Kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Jika pada persalinan yang lalu melalui sesar maka untuk persalinan selanjutnya juga melalui sesar, usia anak (untuk mengetahui jarak kehamilan yang lalu dan yang sekarang)
 Riwayat KB.
Metode apa yang pernah digunakan, lama pemakaian, dan rencana KB yang akan datang.
 Riwayat Kehamilan Sekarang.
Trimester 1
 HPHT, UK, Keluhan selama hamil (umumnya mual, muntah, pusing), ANC min 1x dan imunisasi TT, penyuluhan (nutrisi)
Trimester II
 UK, keluhan selama kehamilan, Ibu mulai merasakan gerakan janin, ANC min 1x, penyuluhan (nutrisi, seman hamil)
Trimester III
 UK, keluhan selama kehamilan, ANC min 2x, penyuluhan (nutrisi, perawatan payudara, ), kapan ibu mulai merasakan keceng-kenceng (mulai dari punggung, bokong dan perut bag bawah)
d. Pola Kebiasaan.
 Kalau pasien rujukan (sudah dilakukan pemeriksaan oleh NAKES), pola kebiasaan dapat ditulis pada saat hamil dan inpartu (sudah ada diagnosa tegas), jika blm ada diagnosa, ditulis secara umum saja pola kebiasaan
 Pola Nutrisi.
Ibu makan biasanya 3x sehari, dgn porsi satu piring kecil (dengan tempe 1 potong, dgn sayur 1 mangkok kecil) dan buah 1 (pisang), pada saat ini ibu sudah makan(porsinya……. dengan komposisi…….),terakir makan jam…….
 Pola Aktivitas.
Pada fase aktif, disela-sela kontraksi ibu biasanya miring kiri kanan atau jika pasien masih kuat maka pasien diperbolehkan untuk jalan-jalan, menungging, jongkok atau merangkak untuk mengurangi rasa sakit dan mempercepat penurunan kepala.
 Jika ketuban belum pecah = Ibu boleh melakukan mobilisasi untuk mempercepat penurunan kepala
 Jika ketuban sudah pecah = ibu tidak boleh berjalan-jalan
 Pola Istirahat dan tidur.
Mengalami gangguan istirahat tidur yang dipengaruhi oleh ketidak nyamanan dari rasa nyeri dan cemas. Seperti gangguan istirahat tidur.
 Pola Eliminasi.
o BAK
Pada fase aktif pasien biasanya mengalami polyuri, hal ini dikarenakan peningkatan lebih lanjut curah jantung selama persalinan dan kemungkinan peningkatan laju filtrasi glomelurus dan aliran plasma ginjal.


o BAB
Pada fase aktif pasien biasanya tidak mempunyai keinginan untuk BAB, ini sebebabkan karena adanya penurunan gerak peristaltic usus sehingga proses pembentukan feses menjadi lambat.
 Pola personal hygiene.
Pada fase ini personal hygiene perlu karena terjadi peningkatan metabolism tubuh dan sekresi kelenjar keringat yang meningkat sehingga ibu perlu mandi atau ganti baju
e. Riwayat Kesehatan.
 Riwayat Kesehatan yang lalu.
Ditanyakan apakah klien pernah menderita penyakit menurun ( hipertensi, DM, Asma )atau menular ( hepatitis, TBC, ).
 Riwayat kesehatan sekarang
Penyakit yang menyertai kehamilan saat ini
 Riwayat kesehatan keluarga.
Ditanyakan apakah dalam keluarganya ada yang menderita penyakit menurun ( hipertensi, DM, Asma )atau menular ( hepatitis, TBC, ), serta apa ada riwayat turunan kembar.
f. Keadaan Psikososial.
Ibu merasa cemas, gelisah dan ketakutan menjelang persalinan. Memasuki fase aktif, pasien mengalami penurunan stamina dan sudah tidak mampu lagi turun dari tempat tidur sehingga pasien membutuhkan bantuan dari keluarga terdekat (suami/ibu/mertua) untuk memberi dukungan mental pada pasien.
g. Latar belakang sosial budaya.
Kebanyakan pasien dan keluarga masih banyak yang menganut adat istiadat setempat. Misalnya saat pasien merasa nyeri kesakitan, keluarga biasanya memberikan minuman yang berasal dari orang pintar (dukun), asalkan hal itu tidak merugikan atau membahayakan bagi pasien dan janin maka tidak apa-apa hal itu dilakukan.
B. Data Obyektif.
Adalah data yang diperoleh melalui pemeriksaan fisik yang terdiri dari, inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi pemeriksaan terdiri dari :
a. Keadaan umum.
 Baik : pasien memperlihatkan respon yang baik terhadap lingkungan dan orang lain, serta secara fisik pasien tidak mengalami ketergantungan berjalan.
 Lemah : pasien kurang atau tidak memperlihatkan respon yang baik terhadap lingkungan dan orang lain dan pasien juga tidak mampu berjalan sendiri.
b. Tingkat kesadaran.
 Composmentis (kesadaran maksimal)
c. Postur tubuh.
 Tegak, lordose,
Kebanyakan pasien hamil mengalami lordose, hal ini karena pasien berusaha mengimbangi berat uterus yang semakin membesar.
d. TTV
 Tekanan darah : normalnya 100/70mmHg sampai 120/80 mmHg. Namun pada fase aktif mengalami peningkatan tekanan darah selama kontraksi, sistol 15-20 mmHg dan diastole 5-10 mmHg.
 Nadi : 80-100 x/menit, namun biasanya mengalami peningkatan saat fase aktif akibat dari peningkatan metabolism tubuh.
 Suhu : 36O, 5-37,5OC, suhu juga mengalami kenaikan saat fase aktif yaitu sekitar 0,5o sampai 1o C, karena adanya peningkatan metabolisme.
 RR : 16-24x/menit. Mengalami peningkatan frekwensi akibat dari metabolisme, tapi tidak ada peningkatan yang akurat karena dipengaruhi oleh rasa senang, nyeri, rasa takut dan penggunaan teknik pernafasan.
a. Tafsiran persalinan.
 TP = HPHT + 7,bulan + 9 / - 3,tahun
C. Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi.
 Kepala.
Tidak tampak benjolan abnormal, rambut rontok, kebersihan kulit kepala.
 Muka.
Tidak tampak oedema, tampak cloasma gravidarum.
 Hidung.
Septum tampak simetris , tidak tampak polip.
 Mata.
Tampak simetris, conjungtiva tampak merah, selera tampak icterus, tidak tampak oedema palpebra.
 Telinga.
Tampak simetris, tidak tampak serumen.
 Gigi / mulut.
Mukosa mulut tampak lembab, tidak tampak astomatitis dan caries gigi.
 Leher.
Tidak tampak bendungan vena jugularis.
 Axila.
Tidak tampak pembesaran kelenjar limfe.
 Dada.
Tampak simetris, tidak tampak pernafasaan intercostae
 Payudara
Tampak simetris, tampak hyoperpigmentasi pada areola, tidak tampak benjolan mammae,
 Abdomen.
Tidak tampak luka bekas operasi sesar, tampak striae dan linea.

 Punggung.
Tidak tampak kelainan bentuk tulang belakang (spina bifida)
 Anus.
Tidak tampaak haemoroid.
 Genetalia.
Tampak bersih, tidak tampak oedema, tidak tampak varices, tampak darah bercampur lendir
 Ekstremitas.
Tampak simetris, tidak tampak oedema, tidak tampak varices.
2. Palpasi.
 Payudara : tidak teraba Benjolan abnormal, saat dipencet keluar kolostrum.
 Perut : Dinding perut teraba tidak tegang, adanya nyeri tekan pada derah simpisis (pasien tampak menyeringai)
Leopold I : TFU 3 jari dibawah Px ( TFU normal = 32-40 cm ) / teraba agak bulat lunak tidak melenting ( bokong )
Leopold II : Bagian kanan perut ibu teraba panjang keras seperti papan, sebelah kiri teraba bagian kecil janin.(letak membujur)
Leopold III : Bagian terendah teraba bulat keras dan tak dapat digoyang .(letak kepala)
Leopold IV: Bagian terendah sudah masuk PAP 3/5.
 TBJ : (TFU-(11, 12) x 155 = ………… gr.
 His : ≥4.10’.40” teratur


3. Auskultasi.
 BJA : normalnya 120-140x/menit.
 Dada : tidak terdengar bunyi nafas tambahan.

4. Perkusi Reflek patela (+/+)
5. Pemeriksaan panggul : alat pengukur martin.
 Distansia spinarum  Jarak antar spina iliaka anterior supero kanan dan kiri (23-26 cm).
 Distansia kristarum  Jarak terjauh antara krista iliaka kanan dan kiri (26-29 cm).
 Distansia tuberum  Ukuran melintang dari pintu bawah panggul / ukuran inter tuber iskhii yaitu jarak antara tuber iskhiadikum kanan dan kiri (10,5-11 cm).
 Konjugata eksterna  ukuran Bondelouque : jarak antara tepi atas simpisis dan prosesus spinosus L V. (18-20 cm).
 Lingkar panggul  normalnya 80-100 cm
6. Pemeriksaan penunjang.
Lab : HB normal bumil 10-14 gr %.
7. Pemeriksaan dalam.
 Vulva vagina : darah lendir.
 Pembukaan : 4-10 cm.
 Ketuban : (+).
 Eff : 50-100 %.
 Bagian terendah : kepala
 Bagian terdahulu : oksiput kanan depan
 Penurunan : H.II
 Di sekitar bagian terdahulu tidak terdapat bagian terkecil dari janin.

8. Kesimpulan :
G1P00000 umur kehamilan 39 minggu, intra uterine,letak membujur, tunggal hidup, jalan lahir normal, bagian terdahulu kepala, keadaan umum baik dengan inpartu kala I fase aktif.

II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH DAN KEBUTUHAN DASAR
a. DX : G1P00000 UK 39 minggu, tunggal, letak membujur, intra uterin,jalan lahir normal, DJJ 140x/menit, keadaan umum ibu baik, inpartu kala I fase aktif.
DS : Ibu mengatakan kehamilan pertama, usia kehamilan 39 minggu.
DO :
1. TP : HPHT = hari + 7, bulan + 9/3, tahun
2. KU : baik
3. Inspeksi
• Abdomen : perut tampak membesar, tampak adanya striae dan linia
• Genetalia : ada pengeluaran lendir dan darah
4. Palpasi
• Leopold I
TFU : Normalnya 32-40 cm
Teraba lunak, bulat dan tidak melenting (bokong)
• Leopold II
Bagian kanan ibu: teraba panjang dan keras seperti papan (punggung)
Bagian kiri ibu: teraba bagian-bagian kecil (letak membujur)
• Leopold III
Bagian terendah janin teraba bulat, keras, melenting (letak kepala)
• Leopold IV
Bagian terendah sudah masuk PAP 3/5
5. Auskultasi
DJJ : normalnya 120-160x/menit
6. VT
• Vulva vagina : ada lendir dan darah
• Pembukaan : 4-10 cm
• Ketuban : normalnya (+) sampai (-)
• Effacement : 50 – 100 %
• Bagian terendah :normalnya kepala
• Bagian terdahulu : oksiput kanan depan
• Penurunan :normalnya H.II
• Disekitar bagian terdahulu tidak teraba bagian kecil janin

b. Masalah
1. Nyeri karena adanya his.
DS : ibu mengatakan nyeri perut bagian bawah
DO : ibu tampak menyeringai
2. Cemas (menghadapi persalinan)
DS : ibu mengatakan akut menghadapi persalinan
DO : ibu tampak gelisah

c. Kebutuhan Dasar
1. Pemenuhan nutrisi dengan memberikan makanan dan minuman yang manis dengan porsi kecil bila ibu menginginkan
2. Mobilisasi dengan miring ke kanan atau ke kiri
3. Eliminasi dengan mengosongkan kandung kemih bila ibu menginginkan
4. Memberikan KIE kepada ibu tentang tanda bahaya persalinan

III. DX POTENSIAL: -


IV. MENILAI ADANYA KEBUTUHAN SEGERA: -

V. INTERVENSI

Tujuan : setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 6 jam diharapkan ibu memasuki kala 2
Kriteria hasil : adanya tanda-tanda kala II :
• dorongan ibu untuk mengeran
• tekanan pada anus
• perinium menonjol
• vulva membuka

Intervensi dan Rasional:
1. Pendekatan teraupetik kepada ibu dan keluarga pasien
Rasional : Agar ibu dan keluarga dapat bekerjasama dengan petugas
2. Berikan nutrisi dengan memberikan makanan ringan dan minuman yang manis diantara his.
Rasional : Glukosa langsung diserap dalam metabolisme tubuh sehingga dapat memberikan tambahan tenaga pada saat persalinan.
3. Anjurkan pada ibu untuk mobilisasi seperti mika-miki
Rasional : Dapat mengurangi sedikit sara nyeri yang dirasakan oleh ibu
4. Anjurkan pada ibu untuk BAB/BAK
Rasional : Untuk mencegah terjadinya distensi kandung kemih yang akhirnya bisa menyebabkan proses persalinan yang semakin panjang
5. Berikan KIE kepada ibu tentang tanda bahaya persalinan
Rasional : Agar ibu mengetahui tentang tanda bahaya persalinan supaya ibu dapat mempersiapkan apabila terjadi bahaya dalam persalinan dan membutuhkan tindakan rujukan
6. Ajarkan teknik relaksasi pada ibu.
Rasional : Agar kebutuhan O2 terpenuhi dan mencegah iskemi jaringan.
7. Berikan sentuhan (masase) dengan menggosok punggungnya.
Rasional : Masase ringan dapat memperlancar peredaran darah.
8. Berikan lingkungan yang tenang
Rasional : Ibu akan merasa lebih nyaman
9. Ajaklah orang terdekat (suami / ibunya) untuk menemani ibu.
Rasional : Kehadiran orang terdekat akan memberi dukungan psikologis.
10. Anjurkan pada ibu untuk selalu berdo'a dan beri semangat.
Rasional : Psikologis ibu lebih tenang dan pasrah kepada Tuhan YME.
11. Observasi setiap 4 jam sekali
Rasional : untuk memantau kemajuan persalinan
12. Observasi kemajuan persalinan sesuai partograf
Rasional : untuk mendeteksi dini adanya penyulit dalam persalinan

VI. IMPLEMENTASI
1. Melakukan pendekatan teraupetik kepada ibu dan keluarga pasien
2. Memberikan nutrisi dengan memberikan makanan ringan dan minuman yang manis diantara his.
3. Menganjurkan pada ibu untuk mobilisasi seperti mika-miki, terlentang
4. Menganjurkan pada ibu untuk BAB/BAK
5. Memberikan KIE kepada ibu tentang tanda bahaya persalinan
6. Mengajarkan teknik relaksasi pada ibu.
7. Memberikan sentuhan (masase) dengan menggosok punggungnya.
8. Memberikan lingkungan yang tenang
9. Mengajak orang terdekat (suami / ibunya) untuk menemani ibu.
10. Menganjurkan pada ibu untuk selalu berdo'a dan beri semangat.

VII. EVALUASI
1. S : Ibu mengatakan ingin mengejan dan merasa bayinya akan keluar

O :
i. Genetalia :
VT:
 Pembukaan : Ø 10 cm.
 Ketuban : (+) sampai (-)
 Eff : 100 %.
 Bagian terendah : kepala
 Bagian terdahulu : Oksiput kanan depan
 Penurunan : H.IV
 Di sekitar bagian terdahulu tidak terdapat bagian terkecil dari janin.
• DJJ :140x/mnt
• His : 4.10’.40”
• Blass : kosong
A : Inpartu kala II
P :
1. Persiapan alat pada kala I fase aktif
2. Persiapan tempat dan penolong (APN langkah 2-6)
3. Persiapan pertolongan kelahiran bayi (APN langkah 7-33)

2. S : Ibu mengatakan bayinya telah lahir
O : TFU setinggi pusat, adanya uterus globuler, ada semburan darah, tampak tali pusat di depan vulva, blass lunak
A : Inpartu kala III
P : MAK 3 (APN langkah 34-40)

3. S : ibu mengatakan ari-ari telah lahir
O :1. TFU 2 jari dibawah pusat
2. plaenta lahir lengkap:
• Kotiledon berjumlah 16-20 buah
• Selaput utuh
• Panjang tali pusat normalnya 50-75 cm
• Insersi tali pusat, normalnya sentralis
• Berat plasenta, normalnya 350-500 gr
A : Inpartu kala IV
P : 1. Observasi TTV 15 menit pada 1 jam pertama dan 30 menit pada 1 jam ke dua,
2. Anjurkan makan dan minum
3. Anjurkan untuk istirahat
4. Masase saat perut terasa lembek, observasi kontraksi, blas dan perdarahan

4. S : ibu mengatakan telah melahirkan anaknya sejak 2 jam yang
Lalu
O :
• TTV :
Tensi : normalnya 110-120 mmhg
Nadi : normalnya 60-100x/menit
Suhu : normalnya
RR : normalnya 16-24 x/menit
• TFU : 2 jari dibawah pusat
• Perdarahan : 80 cc
A : 2 jam post partum
P :
- Observasi TTV setiap 4 jam sekali
- Anjurkan ibu makan makanan yang tinggi protein
- Anjurkan ibu agar mau menyusui bayinya

PLASENTA PREVIA

Plasenta Previa adalah Plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir”.
Etiologi
Mengapa Plasenta tumbuh pada segmen bawah uterus tidak selalu dapat diterangkan, bahwasanya vaskularisasi yang berkurang atau perubahan atrofi pada dosidua akibat persalinan yang lampau dan dapat menyebabkan plasenta previa tidak selalu benar, karena tidak nyata dengan jelas bahwa plasenta previa didapati untuk sebagian besar pada penderita dengan paritas fungsi, memang dapat dimengerti bahwa apabila aliran darah ke plasenta tidak cukup atau diperlukan lebih banyak seperti pada kehamilan kembar. Plasenta yang letaknya normal sekalipun akan meluaskan permukaannya, sehingga mendekati atau menutupi jalan lahir.
Beberapa faktor dan etiologi dari plasenta previa tidak diketahui. Tetapi diduga hal tersebut berhubungan dengan abnormalitas dari vaskularisasi endometrium yang mungkin disebabkan oleh timbulnya parut akibat trauma operasi/infeksi.
Perdarahan berhubungan dengan adanya perkembangan segmen bawah uterus pada trimester ketiga. Plasenta yang melekat pada area ini akan rusak akibat ketidakmampuan segmen bawah rahim. Kemudian perdarahan akan terjadi akibat ketidakmampuan segmen bawah rahim untuk berkonstruksi secara adekuat. Faktor risiko plasenta previa termasuk:
1. Riwayat plasenta previa sebelumnya.
2. Riwayat seksio sesarea.
3. Riwayat aborsi.
4. Kehamilan ganda.
5. Umur ibu yang telah lanjut, wanita lebih dari 35 tahun.
6. Multiparitas.
7. Adanya gangguan anatomis/tumor pada rahim, sehingga mempersempit permukaan bagi penempatan plasenta.
8. Adanya jaringan rahim pada tempat yang bukan seharusnya. Misalnya dari indung telur setelah kehamilan sebelumnya atau endometriosis.
9. Adanya trauma selama kehamilan.
10. Sosial ekonomi rendah/gizi buruk, patofisiologi dimulai dari usia kehamilan 30 minggu segmen bawah uterus akan terbentuk dan mulai melebar serta menipis.
11. Mendapat tindakan Kuretase.
Patologi
Perdarahan tidak dapat dihindari karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi menghentikan perdarahan itu, tidak sebagaimana serabut otot uterus yang menghentikan perdarahan pada kala III dengan plasenta yang letaknya normal. Makin rendah letak plasenta, makin dini perdarahan terjadi. Oleh karena itu, perdarahan pada plasenta previa totalis akan terjadi lebih dini daripada pada plasenta letak rendah yang mungkin baru berdarah setelah persalinan dimulai.
Tanda dan Gejala
Gejala Utama
Perdarahan yang terjadi bisa sedikit atau banyak. Perdarahan yang berwarna merah segar, tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri.
Gejala Klinik
1. Perdarahan yang terjadi bisa sedikit atau banyak. Perdarahan yang terjadi pertama kali biasanya tidak banyak dan tidak berakibat fatal. Perdarahan berikutnya hampir selalu lebih banyak dari sebelumnya. Perdarahan pertama sering terjadi pada triwulan ketiga.
2. Pasien yang datang dengan perdarahan karena plasenta previa tidak mengeluh adanya rasa sakit.
3. Pada uterus tidak teraba keras dan tidak tegang.
4. Bagian terbanyak janin biasanya belum masuk pintu atas panggul dan tidak jarang terjadi letak janin letak janin (letak lintang atau letak sungsang)
5. Janin mungkin masih hidup atau sudah mati, tergantung banyaknya perdarahan, sebagian besar kasus, janinnya masih hidup.
Diagnosis
Untuk mendiagnosis perdarahan diakibatkan oleh plasenta previa diperlukan anamnesis dan pemeriksaan obstetrik. Dapat juga dilakukan pemeriksaaan hematokrit. Pemeriksaan bagian luar terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul. Pemeriksaan inspekulo bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum atau dari kelainan serviks atau vagina seperti erosro porsionis uteri, karsinoma porsionis uteri polipus serviks uteri, varises vulva dan trauma.
Komplikasi Plasenta Previa
Menurut Prof.Dr.Sarwono Prawirohardjo.SpOG,1997,Jakarta.
1. Prolaps tali pusat.
2. Prolaps plasenta.
3. Plasenta melekat, sehingga harus dikeluarkan manual dan kalau perlu dibersihkan dengan kerokan.
4. Robekan-robekan jalan lahir karena tindakan.
5. Perdarahan post portum.
6. Infeksi karena perdarahan yang banyak.
7. Bayi premature atau lahir mati.
Penanganan
Menurut Prof. Dr. Sarwono Prawirohardjo.SpOG. 1997. Jakarta.
Penanganan Pasif
1. Perhatian – Tiap-tiap perdarahan triwulan ketiga yang lebih dari show (perdarahan inisial), harus dikirim ke rumah sakit tanpa dilakukan manipulasi apapun. Baik rektal apalagi vaginal (Eastmon).
2. Apabila pada penilaian baik, perdarahan sedikit, janin masih hidup belum inpartu, kehamilan belum cukup 37 minggu atau berat badan janin dibawah 2500 gr, maka kehamilan dapat dipertahankan, istirahat dan pemberian obat-obatan seperti spasmolitika, progestin atau progesterone, observasi dengan teliti.
3. Sambil mengawasi periksa golongan darah dan menyiapkan donor transfusi darah, bila memungkinkan kehamilan dipertahakan setua mungkin supaya janin terhindar dari prematuritas.
4. Harus diingat bahwa bila dijumpai ibu hamil tersangka plasenta previa rujuk segera ke rumah sakit dimana tedapat fasilitas operasi dan transfusi darah.
5. Bila kekurangan darah, berikanlah transfusi darah dan obat-obatan penambah darah.

Cara Persalinan
1. Persalinan Pervaginam
2. Persalinan perabdominan, dengan seksio sesarea.





Klasifikasi
a. Plasenta Previa otalis, apabila seluruh pembukaan tertutup oleh jaringan Plasenta
b. Plasenta Previa Parsialis, apabila sebahagian pembukaan tertutup oleh jaringan Plasenta
c. Plasenta Previa Marginalis, apabila pinggir Plasenta berada tepat pada pinggir pembukaan.
d. Plasenta Letak Rendah, Plasenta yang letaknya abnormal pada segmen bawah uterus tetapi belum sampai menutupi pembukaan jalan lahir
Plasenta berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15-20 cm dan tebal 2,5 cm, berat rata-rata 500 gram. Tali pusat berhubungan dengan Plasenta biasanya di tengah (insersio sentralis). Bila hubungan agak pinggir (insersio lateralis). Dan bila di pinggir Plasenta (insersio marginalis), kadang-kadang tali pusat berada di luar Plasenta dan hubungan dengan Plasenta melalui janin, jika demikian disebut (insersio velmentosa).
Umumnya Plasenta terbentuk lengkap pada kehamilan lebih kurang 10 minggu dengan ruang amnion telah mengisi seluruh kavum uterus, agak ke atas ke arah fundus uteri. Meskipun ruang amnion membesar sehingga amnion tertekan ke arah korion, amnion hanya menempel saja.
Pada umumnya di depan atau di belakang dinding uterus agak ke atas ke arah fundus uteri, plasenta sebenarnya berasal dari sebagian dari janin, di tempat-tempat tertentu pada implantasi plasenta terdapat vena-vena yang lebar (sinus) untuk menampung darah kembali pada pinggir plasenta di beberapa tempat terdapat suatu ruang vena untuk menampu Fungsi plasenta ialah mengusahakan janin tumbuh dengan baik untuk pertumbuhan adanya zat penyalur, asam amino, vitamin dan mineral dari ibu kejanin dan pembuangan CO2. ng darah yang berasal ruang interviller di atas (marginalis).
Fungsi Plasenta :
a. Sebagai alat yang memberi makanan pada janin.
b. Sebagai alat yang mengeluarkan bekas metabolisme.
c. Sebagai alat yang memberi zat asam dan mengeluarkan CO2.
d. Sebagai alat pembentuk hormone.
e. Sebagai alat penyalur perbagai antibody ke janin.


Patafisiologi
Pendarahan antepartum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 10 minggu saat segmen bawah uterus membentuk dari mulai melebar serta menipis, umumnya terjadi pada trismester ketiga karena segmen bawah uterus lebih banyak mengalami perubahan pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan servik menyebabkan sinus uterus robek karena lepasnya plasenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Pendarahan tidak dapat dihindarkan karena ketidak mampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi seperti pada plasenta letak normal.














DAFTAR PUSTAKA

Kedaruratan Kebidanan. 1996. Buku Ajar Untuk Program Pendidikan Bidan “Perdarahan Antepartum Buku II”. Jakarta
.
Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Sarwono, P. 1997. Ilmu Kebidanan Edisi 3. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.

stasiunbidan.blogspot.com

Winda, 2007. Asuhan Kebidanan Kepada Ibu Hamil Dengan Plasenta Letak Rendah. Politeknik Departemen Kesehatan Tanjung Karang Prodi Kebidanan Metro.