Selasa, 12 April 2011

KB KONDOM

2.1 SEJARAH KONDOM
Kondom mempunyai sejarah yang unik di Inggris, yang memerintahkan dr. Condom untuk membuat kondom dari kulit binatang dengan panjang 190 mm, diameter 60 mm, dan tebalnya 0,038 mm. teknik dan biaya pembuatannya cukup mahal dan keberhasilannya juga masih rendah sebagai alat kontrasepsi.
Kemudian pada tahun 1564 dr. Fallopio dari Italia membuat kondom dari linen dengan tujuan utama untuk menghindari infeksi hubungan seksual. Selanjutnya pada tahun 1597 dr. Hercule Saxonia membuat kondom dari kulit binatang yang bila hendak dipakai direndam dulu. Kemudian pada tahun 1994 dan tahun 1970 dr. Hancock dan Goodyer telah mengembangkan kondom yang terbuat dari karet.
Kondom pertama kali dibuat dari kulit, selanjutnya usus sehingga pembuatannya mahal dan saat memakainya memerlukan perhatian khusus. Karena dibuat dari kulit dan usus sering menimbulkan iritasi liang senggama. Tebal kondom menyebabkan kurang nikmat saat dipakai. Ujung kondom dibuat agak menonjol sebagai tempat penampungan sperma saat mencapai orgasme, sehingga tidak tumpah melalui tepi karet kondom ini. Dan untuk menjamin keberhasilan kondom diberikan pelicin yang mengandung spermisida sehingga spermatozoa banyak mengalami kematian sebelum mampu melakukan tugasnya.
Bila diperhitungkan maka kondom banyak keuntungannya di bandingkan dengan kerugiannya, apalagi dalam situasi penyakit hubungan seksual yang makin mengganas.


2.2 PENGERTIAN KONDOM
Kondom adalah selubung lateks tipis yang pas menutupi penis yang sedang ereksi dan mencegah semen masuk ke vagina (kondom membran alami, yang mencegah kehamilan, tetapi tidak mencegah penularan HIV).
Kondom adalah selubung atau sarung karet yang terbuat dari berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis saat berhubungan. Kondom terbuat dari karet sintesis yang tipis, berbentuk silinder, dengan muaranya berpinggir tebal, yang bila digulung berbentuk rata atau mempunyai bentuk seperti putting susu.
Berbagai bahan telah ditambahkan pada kondom baik untuk meningkatkan efektivitasnya (misalnya penambahan spermisida) maupun sebagai aksesoris aktivitas seksual.

2.3 PENJELASAN METODE
Kondom terbuat dari selubung lateks yang dipasang dan membungkus keseluruhan panjang penis yang ereksi. Kondom merupakan barabg disposal, hanya boleh sekali pakai, dan tersedia dalam berbagai warna dan tampilan. Kondom bekerja sebagai sawar yang mencegah pertemuan sperma dan ovum dan terjadinya kehamilan.




2.4 KONDOM
Profil
• Kondom tidak hanya mencegah kehamilan, tetapi juga mencegah IMS termasuk HIV/ AIDS.
• Efektif bila dipakai dengan baik dan benar.
• Dapat dipakai bersama kontrasepsi lain untuk mencegah IMS.
• Standar kondom dilihat dari ketebalan, pada umumnya standar ketebalan adalah 0,002 mm.
• Tipe kondom terdiri dari:
- Kondom biasa
- Kondom berkontur (bergerigi)
- Kondom beraroma
- Kondom tidak beraroma

Keputusan pilihan
Bagi banyak klien, memilih metode ini merupakan keputusan sesaat yang diambil karena dorongan tiba-tiba. Pilihan ini sering kali digunakan pada awal hubungan seksual, dan klien biasanya berusia lebih muda. Banyak pria dan wanita lebih memilih memakai kondom untuk melindungi diri mereka terhadap HIV. Dan banyak juga wanita sekarang ini memakai kondom untuk seks yang lebih aman dan sebagai metode kontrasepsi tambahan untuk mencegah kehamilan.

Cara kerja
• Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara mengemas sperma di ujung selubung karet yang dipasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah ke dalam saluran reproduksi perempuan.
• Mencegah penularan mikroorganisme (IMS termasuk HBV dan HIV/AIDS) dari satu pasangan kepada pasangan yang lain (khusus kondom yang terbuat dari lateks dan vinil).
Kekhawatiran mengenai penyebaran HIV/ AIDS dan PMS lain telah menyebabkan perhatian yang lebih besar pada jaminan kualitas kondom dan pendidikan pemakai. Beberapa studi laboratoriun terhadap kondom bahwa kondom lateks berkualitas baik tidak mungkin dilewati HIV walaupun diperlukan studi-studi lebih lanjut mengenai hal ini. Satu studi laboratorium juga memperlihatkan bahwa kondom lateks yang dilumasi oleh spermisida nonoksinol mungkin memberikan proteksi tambahan terhadap HIV seandainya kondom mengalami lubang atau robekan kecil sewktu digunakan. Namun, kondom tidak memberi perlindungan sempurna terhadap penularan PMS. Bagian- bagian kulit yang tidak ditutupi mungkin menular atau rentan terhadap infeksi. Selain itu, tidak semua kondom memiliki kualitas yang baik. Kondom yang kurang berkualitas atau kualitasnya memburuk tidak banyak memberi proteksi terhadap penularan PMS.




Efektivitas
Kondom cukup efektif bila dipakai secara benar pada setiap kali berhubungan seksual. Pada beberapa pasangan, pemakaian kondom tidak efektif karena tidak dipakai secara konsisten. Secara ilmiah didapatkan hanya sedikit angka kegagalan kondom yaitu 2-12 kehamilan per 100 perempuan per tahun.
Efektivitas kondom bergantung pada pengalaman pemakai dan konsistensi pemakaian. Pemakaian kondom yang efektif sangat bergantung pada motivasi pemakai pada saat hubungan kelamin. Pasangan yang bermotivasi tinggi dan sangat berpengalaman yang tidak lagi menginginkan anak kemungkinan besar melaporkan angka kegagalan yang lebih rendah daripada pemakai muda yang baru pertama kali dan ingin menjarangkan kehamilan.

Manfaat
Kontrasepsi:
• Efektif bila digunakan dengan benar
• Tidak mengganggu produksi ASI
• Tidak mengganggu kesehatan klien
• Tidak mempunyai pengaruh sistemik
• Murah dan dapat dibeli secara umum
• Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus
• Metode kontrasepsi sementara bila metode kontrasepsi lainnya harus dtunda

Nonkontrasepsi:
• Memberi dorongan kepada suami untuk ikut ber-KB
• Dapat mencegah penularan IMS
• Mencegah ejakulasi dini
• Membantu mencegah terjadinya kanker serviks (mengurangi iritasi bahan karsinogenik eksogen pada serviks)
• Saling berinteraksi sesama pasangan
• Mencegah imuno infertilitas

Keterbatasan
• Efektivitas tidak terlalu tinggi
• Cara penggunaan sangat mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi
• Agak mengganggu hubungan seksual (mengurangi sentuhan langsung)
• Pada beberapa klien bisa menyebabkan kesulitan untuk mempertahankan ereksi
• Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual
• Beberapa klien malu untuk membeli kondom di tempat umum
• Pembuangan kondom bekas mungkin menimbulkan masalah dalam hal limbah.

Penilaian klien
Klien tidak memerlukan atau membutuhkan anamnesis atau pemeriksaan khusus untuk pemakaian kondom, tetapi mereka perlu diberi penjelasan lisan atau instruksi tertulis. Kondisi yang perlu dipertimbangkan untuk seleksi penggunaan kondom dapat dilihat pada tabel berikut:























Kondom
Sesuai untuk pria yang: Tidak sesuai untuk pria yang:
• Ingin berpartisipasi dalam program KB.
• Ingin segera mendapatkan alat kontrasepsi.
• Ingin kontrasepsi sementara.
• Ingin kontrasepsi tambahan.
• Hanya ingin menggunakan alat kontrasepsi jika akan berhubungan.
• Berisiko tinggi tertular/ menularkan IMS. • Mempunyai pasangan yang berisiko tinggi apabila terjadi kehamilan.
• Alergi terhadap bahan dasar kondom.
• Menginginkan kontrasepsi jangka panjang.
• Tidak mau terganggu dengan berbagai persiapan untuk melakukan hubungan seksual.
• Tidak peduli berbagai persyaratan kontrasepsi.

Cara Memakai Kondom
1. Pasang kondom saat penis ereksi, sebelum ada kontak antara penis dan tubuh pasangan. Cairan yang keluar dari penis selama tahap awal ereksi biasanya mengandung sperma dan mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi menular seksual.
2. Sobek salah satu sisi kertas timah dan pastikan tidak menyobek kondom yang ada di dalamnya. Keluarkan kondom dengan hati-hati
3. Udara yang terperangkap di dalam kondom dapat menyebabkan kondom robek. Untuk menghindari hal ini, remas bagian ujung buntu kondom di antara jari telunjuk dan ibu jari dan kemudian pasang kondom pada penis yang ereksi. Pastikan gulungan berada di bagian luar.
4. Sambil tetap meremas bagian ujung yang tertutup, gunakan tangan yang lain untuk mengurai kondom dengan lembut ke arah bawah hingga menutupi seluruh panjang penis. Pastikan kondom tetap terpasang selama koitus. Apabila kondom terlepas, tarik penis dan pasang kondom baru sebelum melanjutkan koitus.
5. Segera setelah ejakulasi, tarik penis saat penis masih ereksi dengan menahan kondom tetap terpasang dengan mantap. Lepaskan kondom hanya saat penis telah ditarik seluruhnya. Pertahankan penis dan kondom tidak kontak dengan tubuh pasangan.
6. Jangan menggunakan kondom lebih dari satu kali. Buang kondom habis dipakai secara higienis, dengan membungkusnya dalam tisu dan menaruhnya di dalam tempat sampah.

Cara Penggunaan atau Instruksi bagi Klien:
• Gunakan kondom setiap akan melakukan hubungan seksual.
• Agar efek kontrasepsinya lebih baik, tambahkan spermisida ke dalam kondom.
• Jangan menggunakan gigi, benda tajam seperti pisau, silet, gunting atau benda tajam lainnya pada saat membuka kemasan.
• Pasangkan kondom saat penis sedang ereksi, tempelkan ujungnya pada glans penis dan tempatkan bagian penampung sperma pada ujung uretra. Lepaskan gulungan karetnya dengan jalan menggeser gulungan tersebut ke arah pangkal penis. Pemasangan ini harus dilakukan sebelum penetrasi penis ke vagina.
• Bila kondom tidak mempunyai tempat penampungan sperma pada bagian ujungnya, maka saat memakai, longgarkan sedikit bagian ujungnya agar tidak terjadi robekan pada saat ejakulasi.
• Kondom dilepas sebelum penis melembek.
• Pegang bagian pangkal kondom sebelum mencabut penis sehingga kondom tidak terlepas pada saat penis dicabut dan lepaskan kondom di luar vagina agar tidak terjadi tumpahan cairan sperma di sekitar vagina.
• Gunakan kondom hanya untuk satu kali pakai.
• Buang kondom bekas pakai di tempat yang aman.
• Sediakan kondom dalam jumlah cukup di rumah dan jangan disimpan di tempat yang panas karena hal ini dapat menyebabkan kondom menjadi rusak atau robek saat digunakan.
• Jangan gunakan kondom apabila kemasannya robek atau kondom tampak rapuh atau kusut.
• Jangan gunakan minyak goreng, minyak mineral, atau pelumas dari bahan petrolatum karena akan segera merusak kondom.





Memberikan Persediaan Kondom Kepada Klien
• Jumlah kondom yang diberikan dapat bervariasi menurut pertimbangan orang per orang. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan adalah frekuensi hubungan seksual, jarak dari klinik/ tempat pelayanan dan permintaan khusus. Kondom diberikan dalam jumlah yang cukup untuk melindungi pasangan selama 6 bulan.
• Kondom yang diberikan pada klien harus terjamin mutunya dan petugas klinik harus mengetahui jenis dan spesifikasi dari kondom yang disalurkan dan sudah melalui pengkajian mutu. Kalau ada keraguan tentang mutu kondom sebaiknya jangan diberikan, kalau terpaksa diberikan sebaiknya dipakai bersama-sama dengan spermisida.

Penanganan Efek Samping dan Masalah Kesehatan Lainnya:

Efek Samping atau Masalah Penanganan
Kondom rusak atau diperkirakan bocor (sebelum berhubungan. Buang dan pakai kondom baru atau pakai spermisida digabung kondom.
Kondom bocor atau dicurigai ada curahan di vagina saat berhubungan. Jika dicurigai ada kebocoran, pertimbangkan pemberian Morning After Pill.
Dicurigai adanya reaksi alergi (spermisida). Reaksi alergi, meskipun jarang, dapat sangat mengganggu dan bisa berbahaya. Jika keluhan menetap sesudah berhubungan dan tidak ada gejala IMS, berikan kondom alami atau bantu klien memilih metode lain.
Mengurangi kenikmatan hubungan seksual. Jika penurunan kepekaan tidak bisa ditolelir biarpun dengan kondom yang lebih tipis, anjurkan pemakaian metode lain.

MASALAH YANG DIHADAPI
Ada sejumlah kejadian yang tidak diharapkan yang dapat dihadapi pada saat menggunakan kondom:
1 KONDOM BOCOR ATAU TERLEPAS SELAMA KOITUS.
Kejadian ini biasanya disebabkan oleh klien tersebut
Memasang kondom terbalik, atau tidak membuang udara di dalam kondom, atau karena kondom kontak dengan produk larut lemak yang dapat menyebabkan kondom bocor.
2 KONDOM TERLEPAS SELAMA KOITUS ATAU TERTINGGAL DI DALAM VAGINA SAAT PENIS DITARIK SETELAH KOITUS.
Hal ini biasanya terjadi saat pria kehilangan ereksinya dan gagal mempertahankan kondom tetap terpasang saat ia menarik penisnya dari vagina, yang menyebabkan kondom tertinggal di dalam vagina. Kondom juga dapat terlepas jika dipasang terbalik.

3 KONDOM ROBEK SAAT DIPASANG.
Hal ini dapat terjadi akibat goresan kuku atau cincin dan diperlukan kondom baru jika hal ini terjadi.

4 KESULITAN MEMASANG KONDOM (KONDOM TERLALU KECIL ATAU TERLALU BESAR).
Saat ini kondom dapat dibeli untuk mengakomodasi berbagai ukuran penis. Semua kondom dapat mengembang sehingga tidak akan terlalu kecil. Namun, saat ini pasangan memakai kondom yang bentuknya berkontur dan dapat mengembang. Kondom dapat mengembang cocok untuk pria yang mengeluh kondom terlalu kecil dan kondom berkontur untuk pria yang merasa kondom terlalu besar.

5 ALERGI TERHADAP KONDOM.
Pria yang mengeluh alergi terhadap kondom biasanya alergi terhadap spermisida dan harus mencoba kondom yang tidak mengandung spermisida.

6 KEHILANGAN SENSITIVITAS.
Kondom yang berujung datar dan tipis akan membantu meningkatkan sensitivitas. Banyak pria mengeluh kehilangan sensivitas karena kondom terlalu ketat. Kondom yang dapat mengembang dapat membantu mengurangi masalah ini.


























KONDOM WANITA
Pengenalan dan sejarah kondom wanita
Dimasa lalu, wanita memasukkan berbagai benda kedalam vagina mereka, dari jeruk sampai sutra yang diminyaki, untuk mengendalikan kesuburannya. Saat ini, kondom wanita tersedia di pasaran di inggris ( dipasarkan dengan nama “ Femindom “ sampai belakangan ini dan saat ini disebut “kondom wanita” ). Kondom ini dijual bebas bagi semua wanita dan telah membantu menambah pilihan bagi wanita.






Penjelasan metode
Kondom wanita terbuat dari poliuretan yang dilumasi. Panjangnya 170 mm dan memiliki cincin luar dan cincin dalam. Cincin dalam, yang berada pada ujung tertutup kondom, digunakan untuk membantu pemasukan. Cincin luar berada pada ujung terbuka kondom dan letaknya mendatar terhadap vulva. Kondom wanita mencegah sperma memasuki vagina dengan berfungsi sebagi sebagi sawar.

Efektifitas
Efektifitas kondom, wanita sama dengan kondom laki-laki dalam mencegah kehamilan. Baru ada sedikit studi yang meneliti efektivitas kondom wanita, tetapi ini mengindikasikan bahwa efektifitasnya sama denga efektivitas pada kondom laki-laki dari 80% pada penggunaan biasa sampai 98% untuk penggunaan yang sempurna.

Kerugian
• Dirasa berisik
• Memerluka motivasi
• Mungkin dirasa mengganggu koitus


Keuntungan
• Di bawah kendali wanita
• Melindungi dari PMS dan HIV
• Dapat digunakan bersamaan dengan produk-produk bernahan dasar minyak
• Tidak ada efek samping sistemik

Indikasi
• Apabila pasangan menghendaki pihak wanita menggunakan metode barier reversible sebagai kontrasepsi
• Untuk perlindungan maksimum terhadap infeksi menular seksual


Kontraindikasi
• Terjadinya infeksi vagina, serviks, atau pelvis harus diselidiki dan diobati terlebih dahulu
• Ketidakmampuan klien untuk menyentuh area genital

Tipe metode
Ada suatu kondom wanita yang tersedia di inggris, yang dipasarkan dengan nama “ female Condom”.

Cara mengajarkan penggunaan kondom wanita
Anda harus menganjurkan klien anda harus memasukkan kondo wanita dengan meremas cincin yang kecil pada ujung tertutup kondom dengan ibu jari dan jari telunjuknya. Ia kemudian memasukkan cincin ke dalam vagina sejauh ia bias memasukkannya dan memasukkan jarinya kedalam kondom. Tindakan ini mendorong kondom keatas ke dalam vagina sehingga memungkinkan cincin luar mendatar terhadap vulva. Cincin dalam tidak perlu berada diatas serviks, dan ahrus diletakkan ditempatnya.
Pasangan wanita harus memasukkan penisnya kedalam kondom, dengan cincin luar mendatar terhadap vulva. Lakukan dengan hati-hati agar penius tidak dimasukkan diantara kondom dan vagina. Begitu ejakulasi terjadi, cincin luar harus disentil sehingga ejakulat tertahan di dalam kondom wanita kemudian tarik perlahan keluar vagina. Kondom wanita harus dibuang ke tempat sampah; kondom ini tidak boleh dibilas ditoilet.
1. Cincin kecil yang terletak didalam ujung tertutup kondom membantu memasukkan kondom wanita, kurang lebih seperti memasukkan tampon dan menahan kondom ditempatnya pada vagina. Untuk memasukkannya dengan mantap, pegang cincin kecil diantara ibu jari dan jari tengah.
2. cari posisi yang nyaman, baik berbaring, duduk dengan lutut dibuka, atau berdiri dengan satu tungkai naik keatas kursi. Masukkan cincin yang telah diremas kedalam vagina dengan mendorongnya kedalam sejauh mungkin.
3. letakkan satu jari didalam kondom dan dorong cincin kecil kedalam sejauh mungkin, seperti tampon. Sebagian besar wanita tidak merasakan cincin dalan saat kondom dimasukkan.
Beberapa wanita menemukan bahwa pemasukkan disempurnakan oleh penis saat memasuki vagina. Kondom wanita tidak perlu dipaskan pada serviks.
4. bagian kondom yang menggantung diluar tubuh adalah normal. Cincin luar membantu mempertahankan kondom ditempatnya dan akan mengambil posis mendatar terhadap tubuh saat penis berada didalam kondom. Sebagian besar pasangan tidak merasakan cincin luar selama penggunaan kondom tersebut.
5. Penis harus di pandu masuk ke dalam ke kondom. Selama penis masih di dalam selubung dan cincin luar masih di luar tubuh, kondom wanita berfungsi
6. Untuk melepasnya, putar cincin luar agar menampung semen dan tarik kondom wanita keluar secara perlahan. Kondom wanitaharus dilepas sebelum timbul resiko ejakulat tumpah, segera setelah selesai ereksi.
Seperti pada kondom pria, kondom wanita juga hanya dapat digunakan sekali, dan tidak boleh dibilas di toilet.
Seluruh penyuluhan harus didukung oleh informasi tertulis yang relevan.

KONSELING
Kondom wanita cocok bagi wanita yang alergi lateks. Selain itu, juga ideal bagi wanita yang khawatir tentang HIV dan PMS. Kondom wanita lebih terasa dan lebih tahan lama dibandingkan kondom pria dan tidak terpengaruh oleh pelumas bertahan dasar-minyak.
Wanita dapat memasukkan kondom wanita sebelum melakukan koitus. Mereka akan menemukan bahwa kondom tetap terpasang ketika mereka bergerak, selama mereka memasangnyadengan pas. Beberapa wanita telah keliru melepas cincinbagian dalam kondom, yang justru membantu mempertahankan kondom pada posisinya.
Meskipun penelitian menunjukkan bahwa kondom wanita secara estetis menyenangkan bagi banyak wanita dan pasangannya, sejumlah aspek positif disorot, antara lain bahwa kondom wanita jarang sekali robek, dan bahwa hilang sensitivitasnya yang dialami oleh pria lebih dibanding kondom pria.
SEKSUALITAS DAN KECEMASAN
Kondom wanita bisa saja tidak menarik bagi beberapa wanita karena penampilan atau “suara gemerisik” yang ditimbulkannya. Namun, dalam hubungan yang memiliki keterbukaan dan saling memahami, metode ini merupakan pilihan yang sangat dapat diterima. Penelitian telah menunjukkan bahwa sebagian kecil pasangan lebih memilih metode ini disbanding kondom pria karena mereka merasa senggama jadi lebih menyenangkan. Pasangan lain mengalami kehilangan sensitivitas yang lebih kecil pada penggunaan kondom wanita.
Dalam studi lain yang meneliti penerimaan terhadap kondom wanita dan pengalaman menggunakannya klien berkomentar bahwa mereka menyukainya karena “tidak terlalu merepotkan.

KONDOM WANITA
• Dasarnya: kombinasi antara diafragma dan kondom
• Alat ini terdiri dari 2 cincin polyurethane yang lentur berbentuk diafragma yang terdapat pada masing-masing ujung dari suatu selubung lunak polyurethane yang longgar. Sebelum dipasang, biasanya ditambahkan spermisid pada alatnya.
• Cincin-dalam dipasang tinggi di dalam vagina, dan tidak perlu dipasang tepat menutupi serviks karena akn terdorong ke atas selama sanggama; cincin-luar menutupi labia dan dasar dari penis. Ke atas selama sanggama, cincin-luar menutupi labia dan dasar dari penis.
• Alasan utama dari dikembangkannya kondom wanita adalah karena pada kondom pria dan diafragma biasa, kedua alat tersebut tidak menutupi daeah perineum sehingga masih ada kemungkinan penyebaran mikroorganisme penyebaran PHS.

Kondom wanitayang telah tersedia saar ini:
1. Reality Vaginal Kondom
• Berupa “tabung” polyurethane, panjang 17 cm, dengan 2 cincin polyurethane lentur pada masing-masing ujungnya
• Insersi alat ini seperti insersi diafragma
2. Women’s Choice Female Condomme=Condomme:
• Bentuknya seperti kondom seperti kondom pria, dengan ujung dalam yang lebih tebal yang berada pada bagian atas vagina, dan suatu cincin-luar yang menutupi labia
• Kondom yang terbuat dari lateks, dan 30% lebih tebal daripada kondom pria agar supaya lebih kuat
• Insersi kondom dilakukan dengan suatu aplikator plastik yang dapat dipakai ulang.
3. Kondom Vagina Ketiga, yang masih dalam taraf uji coba, berupa suatu celana dalam lateks dengan suatu kantong tergulung yang “built-in” dan berada tepat pada mulut vagina. Sebelum sanggama wanita mendorong kantong tersebut ke dalam vagina. Alat ini menutupi seluruh perineum dan genetalia eksterna sehingga dapat memberikan perlindungan maksimal terhadap PHS.


































DAFTAR PUSTAKA

Hartanto, Hanafi. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Manuaba, Ida Bagus Gde. 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: Arcan

Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC

perubahan pada masa nifas

ADAPTASI PSIKOLOGI PADA MASA NIFAS

1. AGUSTIN PRASETYANINGATI
STIKES PEMKAB JOMBANG
2009/2010

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, penyusun berhasil menyelesaikan tugas makalah KBD III yang berjudul ADAPTASI PSIKOLOGI PADA MASA NIFAS.
Makalah ini disusun dengan maksud untuk memudahkan mahasiswa dalam mempelajari dan memahami adaptasi psikologi pada masa nifas.
Tim penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu apabila ada kritik dan saran dari pembaca, kami dengan senang hati akan menerima segala macam masukan dan saran dari pembaca dan kami ucapkan terima kasih.



Jombang, 18 Oktober 2010


Tim Penyusun



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Ibu mengalami perubahan besar pada fisik dan psikologis. Ibu membuat penyesuaian yang sangat besar baik tubuh dan psikisnya, mengalami stimulasi dan kegembiraan yang luar biasa. Menjalani proses tekanan untuk cepat menyerap pembelajaran yang diperlukan tentang apa yang harus diketahuinya dan perawatan untuk bayinya. Ibu merasa memiliki tanggung jawab yang luar biasa pada dirinya sebagai ibu. Tidak mengherankan apabila ibu mengalami sedikit perubahan perilaku dan sesekali mengalami kerepotan.
Masa ini adalah masa rentan dan terbuka untuk bimbingan dan pembelajaran. Pada saat yang sama, ibu baru mungkin frustasi karena merasa tidak kompeten dan tidak mampu mengontrol situasi. Semua wanita mengalami perubahan ini. Tetapi intensitas dan koping terbaik apa yang dilakukan wanita tertentu pada perubahan ini dapat bervariasi tergantung pada tempat ia tinggal. Dirumah, wanita belajar membuat penyesuaian dalam keamanan dan kenyamanan lingkungan sendiri, Ia berusaha mengendalikannya. Kelahiran bayi merupakan peristiwa yang diantisipasi yang sangat diinginkan.

1.2 RUMUSAN MASALAH
1.2.1 Definisi nifas
1.2.2 Fase-fase adaptasi psikologi pada masa nifas
1.2.3 Apa saja yang membantu proses adaptasi pada amasa nifas?
1.2.4 apa saja hal-hal yang harus dipenuhi pada masa nifas?

1.3 TUJUAN
1.3.1 Mahasiswa dapat mengetahui definisi nifas
1.3.2 Mahasiswa dapat menjelaskan fase-fase adaptasi psikologi pada masa nifas.
1.3.3 Mahasiswa dapat memahami hal-hal yang membantu adaptasi dalam masa nifas
1.3.4 Mahasiswa dapat mengetahui hal-hal yang harus dipenuhi dalam masa nifas.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi :
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Abdul Bari. S, dkk, 2002)
Masa nifas adalah suatu masa dimana tubuh menyesuaikan baik fisik maupun psikologis terhadap proses melahirkan yang lamanya kurang lebih 6 minggu. Selain itu pengertian masa nifas adalah masa mulainya persalinan sampai pulihnya alat-alat dan anggota badan yang berhubungan dengan kehamilan/persalinan (Ahmad Ramli. 1989)
Dari dua pengertian di atas kelompok meyimpulkan bahwa masa nifas adalah masa sejak selesainya persalinan hingga pulihnya alat-alat kandungan dan anggota badan serta psikososial yang berhubungan dengan kehamilan/persalinan selama 6 minggu
Pembagian Masa Nifas
Nifas dibagi dalam 3 periode :
1. Puerperium dini, yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama Islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2. Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalis yang lamanya 6 - 8 minggu.
3. Remote Puerperium, waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.

2.2 Adaptasi Psikologi Pada Masa Nifas
Periode pos partum menyebabkan stress emosional terhadap ibu, bahkan lebih menyulitkan apabila terjadi perubahan fisik yang hebat. Perubahan psikologis mempunyai peranan yang sangat penting. Pada masa ini, ibu nifas menjadi sangat sensitive, sehingga diperlukan pengertian dari keluarga-keluarga terdekat. Peran bidan sangat penting dalam hal memberi pegarahan pada keluarga tentang kondisi ibu serta pendekatan psikologis yang dilakukan bidan pada ibu nifas agar tidak terjadi perubahan psikologis yang patologis.
Ibu mengalami perubahan besar pada fisik dan psikologis. Ibu membuat penyesuaian yang sangat besar baik tubuh dan psikisnya, mengalami stimulasi dan kegembiraan yang luar biasa. Menjalani proses tekanan untuk cepat menyerap pembelajaran yang diperlukan tentang apa yang harus diketahuinya dan perawatan untuk bayinya. Ibu merasa memiliki tanggung jawab yang luar biasa pada dirinya sebagai ibu. Tidak mengherankan apabila ibu mengalami sedikit perubahan perilaku dan sesekali mengalami kerepotan.
Masa ini adalah masa rentan dan terbuka untuk bimbingan dan pembelajaran. Pada saat yang sama, ibu baru mungkin frustasi karena merasa tidak kompeten dan tidak mampu mengontrol situasi. Semua wanita mengalami perubahan ini. Tetapi intensitas dan koping terbaik apa yang dilakukan wanita tertentu pada perubahan ini dapat bervariasi tergantung pada tempat ia tinggal. Dirumah, wanita belajar membuat penyesuaian dalam keamanan dan kenyamanan lingkungan sendiri, Ia berusaha mengendalikannya. Kelahiran bayi merupakan peristiwa yang diantisipasi yang sangat diinginkan.

2.3 Faktor-Faktor Yang Membantu Adaptasi Dalam Masa Nifas
1. Respons dan dukungan dari suami , keluarga dan teman.
Dorongan serta perhatian anggota keluarga lainnya merupakan dukungan positif bagi ibu.
2. Hubungan antara pengalaman melahirkan dan harapan serta aspirasi
3. Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak.
4. Pengaruh budaya.
5. Fungsi yang mempengaruhi untuk sukses dan lancarnya masa transisi menjadi orang tua.
6. Harapan, keinginan ibu saat hamil juga melahirkan.

2.4 Periode Adaptasi Pada Masa Nifas
Adaptasi psikososial pada waktu post partum di bagi menjadi 3 periode menurut Rubin :

a. Periode Taking In.
- Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Ibu baru pada umumnya pasif dan tergantung, kekhawatiran akan tubuhnnya.
- Ia akan mungkin mengulang pengalamannya pada waktu bersalin dan melahirkan.
- Tidur sangat penting bila ibu ingin mencegah gangguan tidur, pusing, iritable, interverensi dengan proses pengembalian keadaan normal.
- Peningkatan nutrisi mungkin dibutuhkan karena selera makan ibu biasanya berkurang, berkurangnya nafsu makan menandakan pengendalian kondisi ibu yang tidak berlangsung normal.
Menurut Gottible, pada fase ini ibu akan mengalami ”proses mengetahui/menemukan” yang terdiri dari :
1. Identifikasi
Ibu mengidentifikasi bagian-bagian dari bayi, gambaran tubuhnya untuk menyesuaikan dengan dengan yang diharapkan/diimpikan.
2. Relating (menghubungkan)
Ibu mengambarkan bayinya mirip dengan anggota keluarga yang lain
3. Menginterpretasikan
Ibu mengartikan tingkah laku bayi dan kebutuhan yang dirasakan. Pada fase ini dikenal dengan istilah ”finger tie touch”
Pada fase ini petugas kesehatan harus menggunakan pendekatan yang empatik agar ibu dapat melewati fase ini dengan baik. Ibu hanya ingi didengarkan dan diperhatikan. Kemampuan mendengarkan (listening skills) dan menyediakan waktu yang cukup merupakan dukungan yang tidak ternilai bagi ibu. Kehadiran suami atau keluarga sangat diperlukan pada fase ini. Petugas kesehatan dapat menganjurkan suami dan keluarga untuk memberikan dukungan moril dan menyediakan waktu untuk mendengarkan semua hal yang disampaikan agar ibu dapat melewati fase ini dengan lancar.
Gangguan psikologis yang mungkin dirasakan ibu adalah:
• Kekecewaan karena tidak mendapatkan apa yang diinginkan tentang bayinya misal jenis kelamin tertentu, warna kulit, jenis rambut dan lain-lain.
• Ketidaknyamanan sebagai akibat dari perubahan fisik yang dialami ibu misal rasa mules karena rahim berkontraksi untuk kembali pada keadaan semula, payudara bengkak, nyeri luka jahitan.
• Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya.
• Suami atau keluarga yang mengkritik ibu tentang cara merawat bayi dan cenderung melihat saja tanpa membantu. Ibu akan merasa tidak nyaman karena sebenarnya hal tersebut bukan hanya tanggung jawab ibu semata.

b. Periode Taking Hold.
Berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini, ibu timbul rasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Ibu mempunyai perasaan sensitif sehingga mudah tersinggung dan gampang marah.
Disini, kita perlu berhati-hati menjaga komunikasi dengan ibu. Dukungan moril sangat diperlukan untuk menumbuhkan kepercayaan diri ibu. Bagi petugas kesehatan pada fase ini merupakan kesempatan yang baik untuk memberikan berbagai penyuluhan dan pendidikan kesehatan yang diperlukan ibu nifas.
Tugas kita adalah mengajarkan cara merawat bayi, cara menyusui yang benar, cara merawat luka jahitan, senam nifas, memberikan pendidikan kesehatan yang dibutuhkan ibu seperti gizi, istirahat, kebersihan diri dan lain-lain.
c. Periode Letting Go.
- Periode menerima tanggung jawab akan peran barunya. Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan.
- Periode ini biasanya setelah pulang ke rumah dan sangat berpengaruh terhadap waktu dan perhatian yang diberikan oleh keluarga.
- Ibu mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi, ia harus beradaptasi terhadap kebutuhan bayi yang sangat tergantung yang menyebabkan berkurangnya hak ibu, kebebasan dan hubungan sosial.
- Pada fase ini keinginan untuk merawat diri dan bayinya sudah meningkat.
- Ibu akan lebih percaya diri dalam menjalani peran barunya
Pendidikan kesehatan yang kita berikan pada fase sebelumnya akan sangat berguna bagi ibu. Ibu lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan dirinya dan bayinya. Dukungan suami dan keluarga masih terus diperlukan ibu. Suami dan keluarga dapat membantu merawat bayi, mengerjakan urusan rumah tangga sehingga ibu tidak terlalu terbebani. Ibu memerlukan istirahat yang cukup sehingga mendapatkan kondisi fisik yang bagus untuk dapat merawat bayinya.
Ada kalanya, ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya. Jika hal ini terjadi, disarankan untuk melakukan hal-hal berikut ini :
- Minta bantuan suami atau keluarga yang lain, jika membutuhkan istirahat untuk menghilangkan kelelahan.
- Beritahu suami mengenai apa yang sedang ibu rasakan. Mintalah dukungan dan pertolongannya.
- Buang rasa cemas dan kekhawatiran akan kemampuan merawat bayi karena semakin sering merawat bayi, ibu akan semakin terampil dan pcrcaya diri.
- Carilah hiburan dan luangkan waktu untuk diri sendiri.

2.5 Hal-Hal Yang Harus Dipenuhi Selama Masa Nifas Adalah Sebagai Berikut:
1. Fisik.
Istirahat, memakan makanan yang bergizi, sering menghirup udara segar, dan lingkungan yang bersih.
2. Psikologi.
Stres setelah persalinan dapat segera distabilkan dengan dukungan dari keluarga yang menunjukkan rasa simpati, mengakui, dan menghargai ibu.
3. Sosial.
Menemani ibu bila terlihat kesepian, ikut menyayangi anaknya, menanggapi dan memerhatikan kebahagiaan ibu, serta menghibur bila ibu terlihat sedih.
4. Psikososial.


2.6 Tujuan Asuhan Kebidanan Pada Ibu Masa Nifas Adalah Sebagai Berikut:
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologisnya.
2. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, serta mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, serta pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.
4. Memberikan pelayanan keluarga berencana.

















BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Proses adaptasi psikologis pada seorang ibu sudah dimulai sejak dia hamil. Wanita hamil akan mengalami perubahan psikologis yang nyata sehingga memerlukan adaptasi. Proses adaptasi berbeda-beda antara satu ibu dengan yang lain. Pada awal kehamilan, ibu beradaptasi menerima bayi yang dikandungnya sebagai bagian dari dirinya. Perasaan gembira bercampur dengan kekhawatiran dan kecemasan menghadapi perubahan peran yang sebentar lagi akan dijalani. Seorang wanita setelah sebelumnya menjalani fase sebagai anak kemudian berubah menjadi istri, dan sebentar lagi dia harus bersiap menjadi ibu. Proses adaptasi ini memerlukan waktu untuk bisa menguasai perasaan dan pikirannya.




















DAFTAR PUSTAKA
Bahiyatun. 2008.Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal.Jakarta:EGC
Saifuddin, AB. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta :YBPSP
Saleha Sitti. 2009.Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika
S. Suherni, dkk. 2009. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya
Wiknjosastro, Hanifa. 1999. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP
http://askep-askeb.cz.cc/2010/09/adaptasi-psikologi-pada-masa-reproduksi.html
http://endahpurnasari.blogspot.com/2010/07/perubahan-fisiologis-pada-masa-nifas_27.html
http://zikra-myblog.blogspot.com/2010/06/zikra-proses-adaptasi-psikologis-ibu.html

MACAM-MACAM DAN FUNGSI PENCATATAN DAN PELAPORAN KB DI PUSKESMAS

MACAM-MACAM DAN FUNGSI PENCATATAN DAN PELAPORAN KB DI PUSKESMAS

Semester III
PRODI DIII KEBIDANAN
STIKES PEMKAB JOMBANG
2009/2010

KATA PENGANTAR
Puji syukur atas segala nikmat yang telah diberikan Alloh SWT sehingga penulis bisa menyelesaikan pembuatan makalah ini tanpa hambatan yang berarti. Makalah ini merupakan tugas dari salah satu mata kuliah yang harus dipenuhi dalam semester ini.
Pembuatan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah ini tepet waktu. Untuk itu dalam kesempatan kali ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang berperan dalam pembuatan makalah ini.
Seperti kata pepatah, tidak ada gading yang tak retak, demikian juga dengan makalah ini tidak luput dari banyak kekurangan, sehingga diperlukan masukan dari para pembaca untuk kesempurnaan makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya.



Jombang, oktober 2010


Penulis






BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATARBELAKANG
Pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi adalah suatu kegiatan merekam dan menyajikan berbagai aspek yang berkaitan dengan pelayanan oleh fasilitas pelayanan KB.
Dalam upaya mewujudkan pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi Gerakan Keluarga Berencana Nasional, hal-hal yang harus dilakukan oleh setiap petugas dan pelaksana KB adalah mengetahui dan memahami batasan-batasan pengertian dari istilah-istilah yang dipergunakan serta mengetahui dan memahami berbagai jenis dan fungsi instrument-instrumen pencatatan dan pelaporan yang dipergunakan, cara-cara pengisiannya serta mekanisme dan arus pencatatan dan pelaporan tersebut.

1.2 TUJUAN
 Untuk memudahkan membuat laporan tentang alat kontrasepsi setiap akhir bulan.

1.3 RUMUSAN MASALAH
 Apa pengertian dari pencatatan dan pelaporan KB?
 Apa saja macam-macam dan fungsi dari pencatatan dan pelaporan KB?








BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN PENCATATAN DAN PELAPORAN KB
Dalam melaksanakan pencatatan dan pelaporan yang tepat dan benar diperlukan keseragaman pengertian sebagai berikut :
1. Pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi adalah suatu kegiatan merekam dan menyajikan berbagai aspek yang berkaitan dengan pelayanan oleh fasilitas pelayanan KB.
2. Peserta KB adalah pasangan usia subur (PUS) yang menggunakan kontrasepsi.
3. Peserta KB baru adalah PUS yang pertama kali mengguakan kontrasepsi atau PUS yang kembali menggunakan kontrasepsi setelah mengalami kehamilan yang berakhir dengan keguguran atau persalinan.
4. Peserta KB lama adalah peserta KB yang masih menggunakan kontrasepsi tanpa diselingi kehamilan.
5. Peserta KB ganti cara adalah peseta KB yang berganti pemakaian dari satu metode kontrasepsi ke metode kontrasepsi lainnya.
6. Pelayanan fasilitas pelayanan KB adalah semua kegiatan pelayanan kontrasepsi oleh fasilitas pelayanan KB baik berupa pemberian atau pemasangan kontrasepsi maupun tindakan-tindakan lain yang berkaitan dengan pelayanan kontrasepsi yang diberikan pada PUS baik calon maupun peserta KB.
7. Pelayanan kontrasepsi oleh fasilitas pelayanan KB di dalam fasilitas pelayanan adalah pemberian atau pemasangan kontrasepsi maupun tindakan-tindakan lain yang berkaitan kontrasepsi kepada calon dan peserta KB yang dilakukan dalam fasilitas pelayanan KB.
8. Pelayanan kontrasepsi oleh fasilitas pelayanan KB di luar fasilitas pelayanan adalah pemberian peayanan kontrasepsi kepada calon dan peserta KB maupun tindakan-tindakan lain yang berkaitan dengan pelayanan kontrasepsi yang dilakukan di luar fasilitas pelayanan KB (TKBK,Safari,Posyandu).

9. Definisi fasilitas pelayanan KB:
Fasilitas pelayanan KB sederhana adalah fasilitas pelayanan KB yang dipimpin oleh minimal seorang paramedis atau dan yang sudah mendapat latihan KB dan memberikan pelayanan: cara sederhana (kondom,obat vaginal), pil KB,suntik KB, IUD bagi fasilitas pelayanan yang mempunyai bidang yang telah mendapat pelatihan serta upaya penanggulangan efek samping, komplikasi ringan dan upaya rujukannya.
Fasilitas pelayanan KB lengkap adalah fasilitas pelayanan KB yang dipimpin oleh minimal dokter umum yang telah mendapat pelatihan dan memberikan pelayanan: cara sederhana, suntik KB, IUD bagi dokter atau bidan yang telah mendapat pelatihan, implant bagi dokter yang telah mendapat pelatihan, kontap pria bagi fasilitas yang memenuhi persyaratan untuk pelayanan kontap pria.
Fasilitas pelayanan KB sempurna adalah fasilitas pelayanan KB yang dipimpin oleh minimal dokter spesialis kebidanan, dokter spesialis bedah/dokter umum yang telah mengikuti pelatihan dan memberikan pelayanan: cara seerhana, pil KB, suntik KB, IUD, pemasangan dan pencabutan implant, kontap pria, kontap wanita bagi fasilitas yang memenuhi persyaratan untuk pelayanan kontap wanita.
Fasilitas pelayanan KB paripurna adalah fasilitas pelayanan KB yang dipimpin oleh minimal dokter spesialis kebidanan yang telah mngikuti pelatihan penanggulangan infertilisasi dan rekanalisasi/dokter spesialis bedah yang telah mengikuti pelatihan pengaggulangan infertilitas dan rekanalisasi serta memberikan pelayanan semua jenis kontrasepsi ditambah dengan pelayanan rekanalisasi dan penanggulangan infertilitas.
1. Status fasilitas pelayanan KB adalah status kepemilikan pengelolaan fasilitas pelayanan KB yang dikelompokkan dalam 4 (empat) status kepemilikan yaitu: Depkes, ABRI, Swasta serta instansi pemerintah lain diluar Depkes dan ABRI.
2. Konseling adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh petugas medis atau paramedik dalam bentuk percakapan individual dalam usaha untuk membantu PUS guna meningkatkan kemampuan dalam memilih pengunaan metode kontrasepsi serta memantapkan penggunaan kontrasepsi yang telah dipilih.
3. Konseling baru adalah suatu kegiatan konseling yang dilakukan oleh petugas medis atau paramedic kepada calon peserta KB yang akhirnya menjadi peserta KB baru pada saat itu.
4. Konseling lama adalah suatu kegiatan konseling yang dilakukan oleh petugas medis atau paramedik kepada peserta KB untuk memantapkan penggunaan kontrasepsi.
5. Akibat sampingan atau komplikasi adalah kelainan dan atau gangguan kesehatan akibat penggunaan kontrasepsi.
6. Akibat sampingan atau komplikasi ringan adalah kelainan dan atau gangguan kesehatan penggunaan kontrasepsi yang penanganannya tidak memerlukan rawat inap.
7. Akibat sampingan atau komplikasi berat adalah kelainan dan atau gangguan kesehatan akibat penggunaan kontrasepsi yang penanganannya memerlukan rawat inap.
8. Kegagalan adalah terjadinya kehamilan pada peserta KB.

2.2 LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN
Dalam upaya mewujudkan pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi Gerakan Keluarga Berencana Nasional, hal-hal yang harus dilakukan oleh setiap petugas dan pelaksana KB adalah mengetahui dan memahami batasan-batasan pengertian dari istilah-istilah yang dipergunakan serta mengetahui dan memahami berbagai jenis dan fungsi instrument-instrumen pencatatan dan pelaporan yang dipergunakan, cara-cara pengisiannya serta mekanisme dan arus pencatatan dan pelaporan tersebut.
1. Jenis-jenis Serta Kegunaan, Register, dan Formulir.
2. Kartu Pendaftaran Klinik KB.
Digunakan sebagai sarana untuk pendaftaran pertama bagi klinik KB baru dan pendaftaran ulang semua klinik KB.
Pendaftaran ulang dilakukan setiap akhir tahun anggaran (bulan maret setiap tahun). Kartu ini berisi infomasi tentang identitas klinik KB, jumlah tenaga, dan sarana klinik KB serta jumlah desa di wilayah kerja klinik KB yang bersangkutan.

1. Kartu Tanda Akseptor KB Mandiri (K/I/KB/04)
Dipergunakan sebagai tanda pengenal dan tanda bukti bagi setiap peserta KB. Kartu ini diberikan terutama kepada peserta KB baru baik dari pelayanan KB jalur pemerintah maupun swasta (dokter/bidan praktek swasta/apotek dan RS/Klinik KB swasta). Pada jalur pelayanan pemerintah, kartu ini merupakan sarana untuk memudahkan mencari kartu status peserta KB (K/IV/KB/04). Kartu ini merupakan sumber informasi bagi PPKBD/Sub PPKB tentang kesertaan anggota binaannya di dalam berKB.

LEMBAR K1














2. Kartu Status Peserta KB (K/IV/KB/04)
Dibuat bagi setiap pengunjung baru klinik KB yaitu peserta KB baru dan peserta KB lama pindahan dari klinik KB lain atau tempat pelayanan KB lain
k4
Kartu ini berfungsi untuk mencatat ciri-ciri akseptor hasil pemeriksaan klinik KB dan kunjungan ulangan peserta KB.
3. Kartu Klinik KB (R/I/KB/08)
Dipergunakan untuk mencatat semua hasil pelayanan kontrasepsi kepada semua peserta KB setiap hari pelayanan.
Lembar register terlampir
Tujuan penggunaan register ini adalah untuk memudahkan petugas klinik KB dalam membuat laporan pada akhir bulan.
4. Laporan Bulanan Klinik KB (F/II/KB/08)
Dipergunakan sebagai sarana untuk melaporkan kegiatan
Penjelasan Umum:
1. Laporan bulanan klinik KB dibuat oleh petugas klinik KB sebulan sekali, yaitu pada setiap akhir bulan kegiatan pelayanan kontrasepsi di klinik KB.
2. Laporan bulanan klinik KB sebagai sarana untuk melaporkan kegiatan pelayanan kontrasepsi dan haasilnya, yaitu pelayanan ole klinik KB(di dalam dan diluar klinik KB) serta PPKBD/Sub PPKBD diwilayah binaan klinik KB yang bersangkutan.
3. Laporan bulanan klinik KB ditandatangani oleh pimpinan klinik KB atau petugas yang ditunjuk.
4. Laporan bulanan klinik KB dibuat rangkap 5(lima), yaitu:
- 1 (satu) lembar dikirim ke SKPD KB Kab/Kota
- 1 (satu) lembar dikirim ke Dinas Kesehatan Kab/Kota
- 1 (satu) lembar dikirim ke Camat
- 1 (satu) lembar sebagai arsip untuk klinik kB yang bersangkutan
Laporan bulanan klinik KB yang dikirim ke BKKBN Pusat (Minat Biro Pencatatan dan Pelaporan) dengan menggunakan sampul atau amplop khusus tanpa dibubuhi perangko dan sudah harus dikirimkan selambat-lambatnya tanggal 5 bulan berikutnya.
PELAPORAN BULANAN (F/II/KB/08) KB DI PUSKESMAS





















LAPORAN BULANAN KESEHATAN REPRODUKSI
(LB KUSUB & KR)





Lanjutan….






















Lanjutan.....

Lanjutan............






















BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi adalah suatu kegiatan merekam dan menyajikan berbagai aspek yang berkaitan dengan pelayanan oleh fasilitas pelayanan KB.
Macam-macam pelaporan dan pencatatan KB di antaranya adalah:
1. Kartu Tanda Akseptor KB Mandiri (K/I/KB/04)
2. Kartu Status Peserta KB (K/IV/KB/04)
3. Kartu Klinik KB (R/I/KB/08)
4. Laporan Bulanan Klinik KB (F/II/KB/08)











DAFTAR PUSTAKA

Estiwidani, Meilani, Widyasih, Widyastuti, Konsep Kebidanan. Yogyakarta, 2008.
Syofyan,Mustika,et all.50 Tahun IBI Bidan Menyongsong Masa Depan Cetakan ke-III Jakarta: PP IBI.2004
Depkes RI Pusat pendidikan Tenaga Kesehatan. Konsep kebidanan,Jakarta.1995

LANDASAN TEORI PERSALINAN DENGAN ATONIA UTERI

LANDASAN TEORI
PERSALINAN DENGAN ATONIA UTERI

Perdarahan Post Partum adalah perdarahan lebih dari 500-600 cc dalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir. Pada kasus perdarahan terutama perdarahan post partum, Atonia Uteri menjadi penyebab lebih dari 90% perdarahan pasca persalinan yang terjadi dalam 24 jam setelah kelahiran bayi (Ripley, 1999).
Atonia Uteri adalah suatu kondisi dimana Myometrium tidak dapat berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali. (Apri, 2009).
Beberapa faktor Predisposisi yang terkait dengan perdaarahan pasca persalinan yang disebabkan oleh Atonia Uteri, diantaranya adalah :
1. Yang menyebabkan uterus membesar lebih dari normal selama kehamilan, diantaranya :
1) Jumlah air ketuban yang berlebihan (Polihidramnion)
2) Kehamilan gemelli
3) Janin besar (makrosomia)
2. Kala satu atau kala 2 memanjang
3. Persalinan cepat (partus presipitatus)
4. Persalinan yang diinduksi atau dipercepat dengan oksitosin
5. Infeksi intrapartum
6. Multiparitas tinggi
7. Magnesium sulfat digunakan untuk mengendalikan kejang pada pre eklamsi / eklamsia.

Atonia Uteri juga dapat timbul karena salah penanganan kala III persalinan, dengan memijat uterus dan mendorongnya ke bawah dalam usaha melahirkan plasenta, sedang sebenarnya belum terlepas dari uterus.

Menurut Roestman (1998), faktor predisposisi terjadinya Atonia Uteri adalah :
1. Umur : umur yang terlalu muda atau tua
2. Paritas : sering dijumpai pada multipara dan grademultipara
3. Obstetri operatif dan narkosa
4. Uterus terlalu diregang dan besar, pada gemeli, hidramnion, atau janin besar
5. Kelainan pada uterus seperti mioma uteri
6. Faktor sosio ekonomi yaitu mal nutrisi

Penatalaksanaan Atonia Uteri
1. Masase Fundus Uteri segera setelah lahirnya plasenta (maksimal 15 detik)
Pemijatan merangsang kontraksi uterus sambil dilakukan penilaian kontraksi uterus.
2. Bersihkan bekuan darah atau selaput ketuban dari vagina dan lubang serviks.
Bekuan darah dan selaput ketuban dalam vagina dan saluran serviks akan dapat menghalang kontraksi uterus secara baik.
3. Pastikan bahwa kantung kemih kosong
Kandung kemih yang penuh akan dapat menghalangi uterus berkontraksi secara baik.
4. Lakukan kompresi bimanual internal selama 5 menit
Kompresi uterus ini akan memberikan tekanan langsung pada pembuluh terbuka di dinding dalam uterus dan merangsang myometrium untuk berkontraksi;
5. Anjurkan keluarga untuk melakukan kompresi bimanual eksternal
Keluarga dapat meneruskan proses kompresi bimanual secara eksternal selama anda melakukan langkah-langkah selanjutnya.
6. Keluarkan tangan perlahan-lahan.
7. Berikan ergometrin 0,2 mg IM (jangan diberikan jika hipertensi)
Ergometrin akan bekerja selama 5-7 menit dan menyebabkan kontraksi uterus.
8. Pasang infuse menggunakan jarum ukuran 16 atau 18 dan berikan 500 cc ringer laktat + 20 umit oksitosin.
9. Ulangi kompresi bimanual internal
KBI yang digunakan bersama dengan ergometrin dan oksitosin akan membantu uterus berkontraksi.
10. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Teruskan melakukan KBI
Kompresi uterus ini memberikan tekanan langsung pada pembuluh terbuka dinding uterus dan merangsang myometrium untuk berkontraksi.
11. Lanjutkan infuse ringer laktat + 20 unit oksitosin dalam 500 ml larutan dengan laju 500 ml/jam hingga tiba di tempat rujukan. Ringer laktat akan membantu memulihkan volume cairan yang hilang selama peredarahan. (APN 2009).
http://askep-askeb.cz.cc/2010/02/askeb-bulin-dengan-atonia-uteri.html

Keluarga Berencana (KB) & Kontrasepsi

Keluarga Berencana (KB) & Kontrasepsi
Definisi
Keluarga berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak yang diinginkan. Untuk dapat mencapai hal tersebut maka dibuatlah beberapa cara atau alternatif untuk mencegah ataupun menunda kehamilan. Cara-cara tersebut termasuk kontrasepsi atau pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga. Berdasarkan penelitian, terdapat 3.6 juta kehamilan tidak direncanakan setiap tahunnya di Amerika Serikat, separuh dari kehamilan yang tidak direncanakan ini terjadi karena pasangan tersebut tidak menggunakan alat pencegah kehamilan, dan setengahnya lagi menggunakan alat kontrasepsi tetapi tidak benar cara penggunaannya.
Metode kontrasepsi bekerja dengan dasar mencegah sperma laki-laki mencapai dan membuahi telur wanita (fertilisasi) atau mencegah telur yang sudah dibuahi untuk berimplantasi (melekat) dan berkembang di dalam rahim. Kontrasepsi dapat reversible (kembali) atau permanen (tetap). Kontrasepsi yang reversible adalah metode kontrasepsi yang dapat dihentikan setiap saat tanpa efek lama di dalam mengembalikan kesuburan atau kemampuan untuk punya anak lagi. Metode kontrasepsi permanen atau yang kita sebut sterilisasi adalah metode kontrasepsi yang tidak dapat mengembalikan kesuburan dikarenakan melibatkan tindakan operasi.
Metode kontrasepsi juga dapat digolongkan berdasarkan cara kerjanya yaitu metode barrier (penghalang), sebagai contoh, kondom yang menghalangi sperma; metode mekanik seperti IUD; atau metode hormonal seperti pil. Metode kontrasepsi alami tidak memakai alat-alat bantu maupun hormonal namun berdasarkan fisiologis seorang wanita dengan tujuan untuk mencegah fertilisasi (pembuahan).
Faktor yang mempengaruhi pemilihan kontrasepsi adalah efektivitas, keamanan, frekuensi pemakaian dan efek samping, serta kemauan dan kemampuan untuk melakukan kontrasepsi secara teratur dan benar. Selain hal tersebut, pertimbangan kontrasepsi juga didasarkan atas biaya serta peran dari agama dan kultur budaya mengenai kontrasepsi tersebut. Faktor lainnya adalah frekuensi bersenggama, kemudahan untuk kembali hamil lagi, efek samping ke laktasi, dan efek dari kontrasepsi tersebut di masa depan. Sayangnya, tidak ada metode kontrasepsi, kecuali abstinensia (tidak berhubungan seksual), yang efektif mencegah kehamilan 100%.

Gambar 1. Metode Kontrasepsi
Bermacam-macam metode kontrasepsi
Seorang wanita dapat tetap menjadi hamil bila :
• Melakukan coitus interuptus
• Menyusui
• Saat pertama kali berhubungan seksual
• Bila wanita tidak orgasme
• Memakai douches (memasukkan cairan kimia atau spermisida ke dalam vagina)
• Posisi apapun dalam berhubungan seks
Kontrasepsi untuk wanita usia lanjut
Semakin bertambah usia maka terdapat perubahan dari periode menstruasi. Ketika darah haid akhirnya berhenti, maka seorang wanita memasuki masa menopause. Bagaimanapun juga, kontrasepsi sebaiknya digunakan sampai wanita tidak mendapatkan menstruasi atau darah haid selama 2 tahun jika usia kurang dari 50 tahun atau 1 tahun jika usia lebih dari 50 tahun.
Metode kontrasepsi terdiri dari :
1. Kontrasepsi hormonalKontrasepsi oral kombinasi Kontrasepsi oral progestin Kontrasepsi suntikan progestin Kontrasepsi suntikan estrogen-progesteron Implant progestin Kontrasepsi Patch
2. Kontrasepsi barrier (penghalang)
o Kondom (pria dan wanita)
o Diafragma dan cervical cap
3. Spermisida
4. IUD (spiral)
5. Perencanaan keluarga alami
6. Penarikan penis sebelum terjadinya ejakulasi
7. Metode amenorea menyusui
8. Kontrasepsi darurat
o Kontrasepsi darurat hormonal
o Kontrasepsi darurat IUD
9. Sterilisasi
o Vasektomi
o Ligasi tuba
Kontrasepsi Hormonal
Kontrasepsi ini tersedia dalam bentuk oral, suntikan, dan mekanik. Kontrasepsi oral adalah kombinasi dari hormon estrogen dan progestin atau hanya progestin-mini pil. Suntikan dan kontrasepsi implant (mekanik) mengandung progestin saja atau kombinasi progestin dan estrogen.
• Kontrasepsi oral kombinasi (pil)  mengandung sintetik estrogen dan preparat progestin yang mencegah kehamilan dengan cara menghambat terjadinya ovulasi (pelepasan sel telur oleh indung telur) melalui penekanan hormon LH dan FSH, mempertebal lendir mukosa servikal (leher rahim), dan menghalangi pertumbuhan lapisan endometrium. Pil kombinasi ada yang memiliki estrogen dosis rendah dan ada yang mengandung estrogen dosis tinggi. Estrogen dosis tinggi biasanya diberikan kepada wanita yang mengkonsumsi obat tertentu (terutama obat epilepsy).
Selain untuk kontrasepsi, oral kombinasi dapat digunakan untuk menangani dismenorea (nyeri saat haid), menoragia, dan metroragia. Oral kombinasi tidak direkomendasikan untuk wanita menyusui, sampai minimal 6 bulan setelah melahirkan. Pil kombinasi yang diminum oleh ibu menyusui bisa mengurangi jumlah air susu dan kandungan zat lemak serta protein dalam air susu. Hormon dari pil terdapat dalam air susu sehingga bisa sampai ke bayi. Karena itu untuk ibu menyusui sebaiknya diberikan tablet yang hanya mengandung progestin, yang tidak mempengaruhi pembentukan air susu.
Wanita yang tidak menyusui harus menunggu setidaknya 3 bulan setelah melahirkan sebelum memulai oral kombinasi karena peningkatan risiko terbentuknya bekuan darah di tungkai. Apabila 1 pil lupa diminum, 2 pil harus diminum sesegera mungkin setelah ingat, dan pack tersebut harus dihabiskan seperti biasa. Bila 2 atau lebih pil lupa diminum, maka pack pil harus tetap dihabiskan dan metode kontrasepsi lain harus digunakan, seperti kondom untuk mencegah kehamilan.
Jika menstruasi terakhir terjadi dalam waktu kurang dari 12 minggu setelah persalinan, maka pil KB bisa langsung digunakan. Jika menstruasi terakhir terjadi dalam waktu 12-28 minggu, maka harus menunggu 1 minggu sebelum pil KB mulai digunakan, sedangkan jika menstruasi terakhir terjadi dalam waktu lebih dari 28 minggu, harus menunggu 2 minggu sebelum pil KB mulai digunakan.
Pil KB tidak berpengaruh terhadap obat lain, tetapi obat lain (terutama obat tidur dan antibiotik) bisa menyebabkan berkurangnya efektivitas dari pil KB. Obat anti-kejang (fenitoin dan fenobarbital) bisa menyebabkan meningkatkan perdarahan abnormal pada wanita pemakai pil KB.
Beberapa kondisi dimana kontrasepsi oral kombinasi tidak boleh diigunakan pada wanita dengan :
• menyusui atau kurang dari 6 minggu setelah melahirkan
• usia >35 tahun dan merokok 15 batang sehari
• faktor risiko multipel untuk penyakit jantung (usia tua, merokok, diabetes, hipertensi)
• tekanan darah sistolik ≥ 160 atau TD diastolik ≥ 100 mmHg
• riwayat trombosis vena dalam atau emboli paru
• operasi besar dengan istirahat lama di tempat tidur
• riwayat sakit jantung iskemik
• stroke
• penyakit jantung katup komplikasi
• migrain dengan gejala neurologi fokal (dengan aura)
• migrain tanpa gejala neurologi fokal dan usia = 35 tahun
• riwayat kanker payudara
• diabetes dengan nefropati, retinopati, neuropati, penyakit vaskular, atau diabetes > 20 tahun
• sirosis berat
• kanker hati
a. Efektivitas : kehamilan terjadi pada 0,1 – 5 per 100 wanita pada 1 tahun penggunaan pertama
b. Keuntungan : sangat efektif, mencegah kanker indung telur dan kanker endometrium, menurunkan ketidakteraturan menstruasi dan anemia yang berkaitan dengan menstruasi, menghaluskan kulit dengan jerawat sedang
c. Kerugian : tidak direkomendasikan untuk menyusui, tidak melindungi dari Penyakit Menular Seksual (PMS), harus diminum setiap hari, membutuhkan resep dokter
d. Efek samping lokal : mual, nyeri tekan pada payudara, sakit kepala
Efek samping : perdarahan tidak teratur (umumnya menghilang setelah 3 bulan pemakaian), meningkatkan tekanan darah (dapat kembali normal bila oral kombinasi dihentikan), bekuan darah pada vena tungkai (3-4 kali pada pil KB dosis tinggi), meningkatkan faktor risiko penyakit jantung, risiko stroke (pada wanita usia > 35 tahun)
e. Pengembalian kesuburan : ketika dihentikan maka kesuburan akan kembali seperti semula. Kesuburan ini bervariasi, dalam waktu 3-12 bulan setelah dihentikan maka tidak ada perbedaan kesuburan antara wanita yang memakai kontrasepsi oral dan yang tidak
• Kontrasepsi oral progestin (pil)  mencegah kehamilan dengan cara menghambat terjadinya ovulasi (pelepasan sel telur oleh indung telur), mempertebal lendir mukosa leher rahim, mengganggu pergerakan silia saluran tuba, dan menghalangi pertumbuhan lapisan endometrium. Keefektifan berkurang bila pil tidak diminum di waktu yang sama setiap harinya. Kontrasepsi ini diberikan pada wanita yang menginginkan kontrasepsi oral namun tidak bisa menggunakan oral kombinasi karena pengaruh estrogen dapat membahayakan, misalnya pada wanita yang sedang menyusui.
a. Efektivitas : kehamilan terjadi pada 0,5 – 5 per 100 wanita pada 1 tahun penggunaan pertama
b. Keuntungan : mula kerja cepat (24 jam setelah pemakaian pil), menurunkan kejadian menoragia dan anemia. Dapat digunakan pada wanita menyusui. Mencegah terjadinya kanker endometrium, tidak memiliki efek samping yang berkaitan dengan estrogen (bekuan darah di vena tungkai)
c. Kerugian : harus diminum di waktu yang sama setiap hari, kurang efektif dibandingkan oral kombinasi, membutuhkan resep dokter
d. Efek samping : penambahan berat badan, jerawat, kecemasan, angka kejadian terjadinya perdarahan tidak teratur tinggi
e. Pengembalian kesuburan cepat ketika pil dihentikan
• Kontrasepsi suntikan progestin  mencegah kehamilan dengan mekanisme yang sama seperti progestin pil namun kontrasepsi ini menggunakan suntikan intramuskular (dalam otot ). Yang sering digunakan adalah medroxyprogesterone asetat (Depo-Provera), 150 mg yang diberikan setiap 3 bulan.
1. Efektivitas : kehamilan terjadi pada 0,3 per 100 wanita pada 1 tahun penggunaan pertama
2. Keuntungan : mula kerja cepat dan sangat efektif, bekerja dalam waktu lama, tidak mengganggu menyusui, dapat dipakai segera setelah keguguran atau setelah masa nifas,
3. Kerugian : suntikan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan secara teratur, tidak melindungi dari PMS,
4. Efek samping lokal : peningkatan berat badan, rambut rontok
Efek samping : tulang menjadi keropos, kelainan metabolisme lemak, ketidakteraturan menstruasi termasuk menometroragi (umumnya beberapa bulan pertama) dan amenorea ( 1 tahun pertama), jika pemakaian suntikan KB dihentikan, siklus menstruasi yang teratur akan kembali terjadi dalam waktu 6 bulan-1 tahun
5. Pengembalian kesuburan 5-7 bulan setelah penghentian suntikan
Efek samping : tulang menjadi keropos, kelainan metabolisme lemak, ketidakteraturan menstruasi termasuk menometroragi (umumnya beberapa bulan pertama) dan amenorea ( 1 tahun pertama), jika pemakaian suntikan KB dihentikan, siklus menstruasi yang teratur akan kembali terjadi dalam waktu 6 bulan-1 tahun
- Kontrasepsi suntikan estrogen-progesteron  suntikan ini diberikan secara intramuskular setiap bulan, mengandung 25 mg depo medroxyprogesteron asetat dan 5 mg estradiol cypionat. Mekanisme kerja, efek samping, kriteria, dan keamanan sama seperti kontrasepsi oral kombinasi. Siklus menstruasi terjadi lebih stabil setiap bulan. Pengembalian kesuburan tidak selama kontrasepsi suntikan progestin.

Gambar 2. Kontrasepsi Suntikan dan Pil
- Implant progestin  kapsul plastik, tipis, fleksibel, yang mengandung 36mg levonorgestrel yang dimasukkan ke dalam kulit lengan wanita. Setelah diberi obat bius, dibuat sayatan dan dengan bantuan jarum dimasukkan kapsul implan. Tidak perlu dilakukan penjahitan.
Kapsul ini melepaskan progestin ke dalam aliran darah secara perlahan dan biasanya dipasang selama 5 tahun. Mencegah kehamilan dengan cara menghambat terjadinya ovulasi (pelepasan sel telur oleh indung telur), mempertebal lendir mukosa leher rahim, mengganggu pergerakan saluran tuba, dan menghalangi pertumbuhan lapisan endometrium. Kontrasepsi ini efektif dalam waktu 48 jam setelah diimplan dan efektif selama 5-7 tahun.
a. Efektivitas : kehamilan terjadi pada 0,05 per 100 wanita pada 1 tahun penggunaan pertama
b. Keuntungan : sangat efektif, bekerja untuk jangka waktu lama
c. Kerugian : membutuhkan prosedur operasi kecil untuk pemakaian dan pelepasan, tidak melindungi dari PMS
d. Efek samping lokal : sakit kepala, payudara menjadi keras, peningkatan berat badan, kerontokan rambut, jerawat, perubahan mood
Efek samping : gangguan metabolisme lemak, hirsutisme, gangguan menstruasi (memanjang, tidak teratur)
e. Kesuburan baru kembali 1 bulan setelah kapsul diambil
• Kontrasepsi Patch patch ini didesain untuk melepaskan 20µg ethinyl estradiol dan 150 µg norelgestromin. Mencegah kehamilan dengan cara yang sama seperti kontrasepsi oral (pil). Digunakan selama 3 minggu, dan 1 minggu bebas patch untuk siklus menstruasi.

Gambar 3. Kontrasepsi Patch
1. Kontrasepsi Barrier (penghalang)
• Kondom (pria dan wanita)  metode yang mengumpulkan air mani dan sperma di dalam kantung kondom dan mencegahnya memasuki saluran reproduksi wanita. Kondom pria harus dipakai setelah ereksi dan sebelum alat kelamin pria penetrasi ke dalam vagina yang meliputi separuh bagian penis yang ereksi. Tidak boleh terlalu ketat (ada tempat kosong di ujung untuk menampung sperma). Kondom harus dilepas setelah ejakulasi.
Cara pemakaian kondom :
• Gunakan kondom seiap kali berhubungan seksual
• Buka kondom secara perlahan untuk mencegah kerusakan (jangan menggunakan gigi atau benda tajam)
• Pasang kondom dalam keadaan penis ereksi dan sebelum kontak dengan pasangan
• Pastikan tidak ada udara yang terjebak di ujung kondom
• Pastikan penggunaan pelumas yang cukup (dapat menggunakan pelumas tambahan)
• Gunakan hanya pelumas dengan bahan dasar air ketika menggunakan kondom (pelumas dengan bahan dasar minyak dapat melemahkan lateks)
• Pegang kondom dengan hati-hati setelah ejakulasi, dan untuk mencegah terlepasnya kondom, keluarkan kondom dari vagina dalam keadaan penis ereksi
a. Efktivitas : kehamilan terjadi pada 3-14 per 100 wanita pada 1 tahun penggunaan pertama
b. Keuntungan : dapat digunakan selama menyusui, satu-satunya kontrasepsi yang mencegah PMS, infeksi GO, klamidia
c. Kerugian : kegagalan tinggi bila tidak digunakan dengan benar, alergi lateks pada orang yang sensitif

Gambar 4 : Kontrasepsi Kondom
• Diafragma dan cervical cap kontrasepsi penghalang yang dimasukkan ke dalam vagina dan mencegah sperma masuk ke dalam saluran reproduksi. Diafragma terbuat dari lateks atau karet dengan cincin yang fleksibel. Diafragma diletakkan posterior dari simfisis pubis sehingga serviks (leher rahim) tertutupi semuanya. Diafragma harus diletakkan minimal 6 jam setelah senggama. Cervical cap (penutup serviks) adalah kop bulat yang diletakkan menutupi leher rahim dengan perlekatan di bagian forniks. Terbuat dari karet dan harus tetap di tempatnya lebih dari 48 jam.
a.Efektivitas : kehamilan terjadi pada 6-40 per 100 wanita pada 1 tahun penggunaan pertama
b. Keuntungan : dapat digunakan selama menyusui, tidak ada risiko gangguan kesehatan, melindungi dari PMS
c. Kerugian : angka kegagalan tinggi, peningkatan risiko infeksi, membutuhkan evaluasi dari tenaga kesehatan, ketidaknyamanan

Gambar 5. Kontrasepsi Diafragma dan Cervical Cap
2. Spermisida
Agen yang menghancurkan membran sel sperma dan menurunkan motilitas (pergerakan sperma). Tipe spermisida mencakup foam aerosol, krim, vagina suposituria, jeli, sponge (busa) yang dimasukkan sebelum melakukan hubungan seksual. Terutama mengandung nonoxynol 9
a. Efektivitas : kehamilan terjadi pada 6-26 per 100 wanita pada 1 tahun penggunaan pertama
b. Keuntungan : tidak mengganggu kesehatan, berfungsi sebagai pelumas, dapat mencegah PMS bakterial
c. Kerugian : angka kegagalan tinggi, dapat meningkatkan transmisi virus HIV, hanya efektif 1-2 jam
3. IUD (spiral)
Fleksibel, alat yang terbuat dari plastik yang dimasukkan ke dalam rahim dan mencegah kehamilan dengan cara menganggu lingkungan rahim, yang menghalangi terjadinya pembuahan maupun implantasi. Spiral jenis copper T (melepaskan tembaga) mencegah kehamilan dengan cara menganggu pergerakan sperma untuk mencapai rongga rahim dan dapat dipakai selama 10 tahun. Progestasert IUD (melepaskan progesteron) hanya efektif untuk 1 tahun dan dapat digunakan untuk kontrasepsi darurat. IUD dapat dipasang kapan saja selama periode menstruasi bila wanita tersebut tidak hamil. Untuk wanita setelah melahirkan, pemasangan IUD segera (10 menit setelah pengeluaran plasenta) dapat mencegah mudah copotnya IUD. IUD juga dapat dipasang 4 minggu setelah melahirkan tanpa faktor risiko perforasi (robeknya rahim). Untuk wanita menyusui, IUD dengan progestin sebaiknya tidak dipakai sampai 6 bulan setelah melahirkan. IUD juga dapat dipasang segera setelah abortus spontan triwulan pertama, tetapi direkomendasikan untuk ditunda sampai involusi komplit setelah triwulan kedua abortus. Setelah IUD dipasang, seorang wanita harus dapat mengecek benang IUD setiap habis menstruasi. Kondisi dimana seorang wanita tidak seharusnya menggunakan IUD adalah :
• Kehamilan
• Sepsis
• Aborsi postseptik dalam waktu dekat
• Abnormalitas anatomi yang mengganggu rongga rahim
• Perdarahan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya
• Penyakit tropoblastik ganas
• Kanker leher rahim, kanker payudara, kanker endometrium
• Penyakit radang panggul
• PMS (premenstrual syndrome) 3 bulan terakhir dan imunokompromise (penurunan kekebalan tubuh)
• TBC panggul
a. Efektivitas : kehamilan terjadi pada 0,3-0,8 per 100 wanita pada 1 tahun penggunaan pertama
b. Keuntungan : sangat efektif, bekerja cepat setelah dimasukkan ke dalam rahim. Bekerja dalam jangka waktu lama
c. Kerugian : risiko infeksi panggul, dismenorea (nyeri saat haid), menoragia pada bulan-bulan pertama, peningkatan risiko perforasi (robek) rahim, risiko kehamilan ektopik, IUD dapat lepas dengan sendirinya
d. Efek samping : nyeri, perdarahan, peningkatan jumlah darah menstruasi
e. Pengembalian kesuburan cepat setelah dilepaskan

Gambar 6. Kontrasepsi IUD (spiral)
4. Metode Ritmik
Metode ritmik adalah metode dimana pasangan suami istri menghindari berhubungan seksual pada siklus subur seorang wanita. Ovulasi (pelepasan sel telur dari indung telur) terjadi 14 hari sebelum menstruasi. Sel telur yang telah dilepaskan hanya bertahan hidup selama 24 jam, tetapi sperma bisa bertahan selama 3-4 hari setelah melakukan hubungan seksual. Karena itu pembuahan bisa terjadi akibat hubungan seksual yang dilakukan 4 hari sebelum ovulasi.
A. Metode ritmik kalender merupakan metode dimana pasangan menghindari berhubungan seksual selama periode subur wanita berdasarkan panjang siklus menstruasi, kemungkinan waktu ovulasi, jangka waktu sel telur masih dapat dibuahi, dan kemampuan sperma untuk bertahan di saluran reproduksi wanita. Periode subur seorang wanita dihitung dari : (siklus menstruasi terpendek – 18) dan (siklus menstruasi terpanjang - 11)
Contoh: bila siklus terpendek seorang wanita adalah 25 hari, dan siklus terpanjangnya 29 hari, maka periode suburnya adalah (25 – 18) dan (29 – 11) yang berarti hubunan seksual tidak boleh dilakukan pada hari ke-7 sampai hari ke-18 setelah menstruasi.
B. Metode lendir serviks adalah metode mengamati kualitas dan kuantitas lendir serviks setiap hari. Periode subur ditandai dengan lendir yang jernih, encer, dan licin. Abstinensia (tidak melakukan hubungan seksual) diperlukan selama menstruasi, setiap hari selama periode preovulasi (berdasarkan lendir serviks), dan sampai waktu lendir masa subur muncul sampai 3 hari setelah lendir masa subur itu berhenti.
C. Metode pengukuran suhu tubuh berdasarkan perubahan temperatur. Pengukuran dilakukan pada suhu basal (suhu ketika bangun tidur sebelum beranjak dari tempat tidur. Suhu basal akan menurun sebelum ovulasi dan agak meningkat (kurang dari 1° Celsius) setelah ovulasi. Hubungan seksual sebaiknya tidak dilakukan sejak hari pertama menstruasi sampai 3 hari setelah kenaikan dari temperatur.
a. Efektivitas : kehamilan terjadi pada 9-25 per 100 wanita pada 1 tahun penggunaan pertama
b. Keuntungan : tidak ada efek samping gangguan kesehatan,ekonomis
c. Kerugian : angka kegagalan tinggi, tidak melindungi dari PMS, menghambat spontanitas, membutuhkan siklus menstruasi teratur
5. Penarikan penis sebelum terjadinya ejakulasi
Disebut juga coitus interruptus. Pada metode ini, pria mengeluarkan/menarik penisnya dari vagina sebelum terjadinya ejakulasi (pelepasan sperma ketika mengalami orgasme).
Metode ini kurang dapat diandalkan karena sperma bisa keluar sebelum orgasme juga memerlukan pengendalian diri yang tinggi serta penentuan waktu yang tepat.
6. Metode amenorea menyusui
Selama menyusui, penghisapan air susu oleh bayi menyebabkan perubahan hormonal dimana hipotalamus mengeluarkan GnRH yang menekan pengeluaran hormone LH dan menghambat ovulasi. Ini adalah metode yang efektif bila kriteria terpenuhi : menyusui setiap 4 jam pada siang hari, dan setiap 6 jam pada malam hari. Makanan tambahan hanya diberikan 5-10% dari total.
Efektivitas : kehamilan terjadi pada 2 per 100 wanita pada 6 bulan setelah melahirkan, 6 per 100 wanita setelah 6-12 bulan setelah melahirkan
Keuntungan : pencegahan kehamilan segera setelah melahirkan, tidak mengganggu kesehatan, ekonomis, merangsang seorang wanita untuk menyusui
Kerugian : tidak sepenuhnya efektif, harus memenuhi criteria, tidak melindungi dari PMS
7. Kontrasepsi darurat
• Kontrasepsi darurat hormonal  estrogen dosis tinggi atau progestin diberikan dalam waktu 72 jam setelah senggama tidak terproteksi, dengan cara kerja mencegah ovulasi dan menyebabkan perubahan di endometrium. 4 pil kombinasi yang mengandung 30-35μg ethinyl estradiol, diulangi 12 jam kemudian. 2 pil kombinasi mengandung 50μg levonorgestrel, diulangi 12 jam kemudian. Tidak boleh digunakan pada wanita yang alergi kontrasepsi pil hormonal. Tidak boleh digunakan sebagai kontrasepsi rutin.
a. Efektivitas : kehamilan terjadi pada 2 per 100 wanita pada bila digunakan dalam waktu 72 jam
b. Keuntungan : sangat efektif untuk situasi darurat
c. Kerugian : mual hebat dan perdarahan
• Kontrasepsi darurat IUD  dimasukkan 5 hari setelah senggama tidak terproteksi untuk mengganggu implantasi, kehamilan terjadi kurang dari 1 per 100 wanita bila dimasukkan dalam waktu 5 hari
8. Sterilisasi
Vasektomi dan sterilisasi tuba adalah metode kontrasepsi permanen dan hanya dilakukan pada pria maupun wanita yang sudah diberikan penjelasan mengenai metode ini dan berkeinginan untuk secara permanen mencegah kehamilan. Beberapa metode sterilisasi ada yang bersifat reversibel tergantung dari panjang saluran tuba, usia wanita, dan jangka waktu antara sterilisasi dan pengembalian kesuburan. Sterilisasi pada pria dilakukan melalui vasektomi, sedangkan pada wanita dilakukan prosedur ligasi tuba (pengikatan saluran tuba). Vasektomi sendiri dilakukan dengan bius lokal sedangkan ligasi tuba menggunakan prosedur intraabdominal. Konseling sebelum melakukan prosedur ini sangat diperlukan. Bukan hanya konseling mengenai risiko ataupun keuntungan operasi, namun juga kemungkinan menyesali keputusan ini di masa depan nanti.
• Vasektomi adalah pemotongan vas deferens (saluran yang membawa sperma dari testis).
Vasektomi dilakukan oleh ahli bedah urolog dan memerlukan waktu sekitar 20 menit.
Pria yang menjalani vasektomi sebaiknya tidak segera menghentikan pemakaian kontrasepsi, karena biasanya kesuburan masih tetap ada sampai sekitar 15-20 kali ejakulasi.
Setelah pemeriksaan laboratorium terhadap 2 kali ejakulasi menunjukkan tidak ada sperma, maka dikatakan bahwa pria tersebut telah mandul.
Komplikasi dari vasektomi adalah:
- Perdarahan
- Respon peradangan terhadap sperma yang merembes
- Pembukaan spontan
• Ligasi tuba adalah pemotongan dan pengikatan atau penyumbatan tuba falopii (saluran telur dari ovarium ke rahim).
Pada ligasi tuba dibuat sayatan pada perut dan dilakukan pembiusan total.
Ligasi tuba bisa dilakukan segera setelah melahirkan atau dijadwalkan di kemudian hari.
Sterilisasi pada wanita seringkali dilakukan melalui laparoskopi. Selain pemotongan dan pengikatan, bisa juga dilakukan kauterisasi (pemakaian arus listrik) untuk menutup saluran tuba.
Untuk menyumbat tuba bisa digunakan pita plastik dan klip berpegas. Pada penyumbatan tuba, kesuburan akan lebih mudah kembali karena lebih sedikit terjadi kerusakan jaringan.
Teknik sterilisasi lainnya yang kadang digunakan pada wanita adalah histerektomi (pengangkatan rahim) dan ooforektomi (pengangkatan ovarium/indung telur).
Sumber:
Manuaba, Prof.dr.Ida Bagus,SpOG.1998.Ilmu Kebidanan Penyakit kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan.Jakarta : EGC

KB COITUS INTERUPTUS

COITUS INTERUPTUS (KB ALAMI)
Nama lain dari coitus interuptus adalah senggama terputus atau ekspulsi pra ejakulasi atau pancaran ekstra vaginal atau withdrawal methods atau pull-out method. Dalam bahasa latin disebut juga interrupted intercourse.
Pengertian
Coitus interuptus atau senggama terputus adalah metode keluarga berencana tradisional/alamiah, di mana pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum mencapai ejakulasi.

Cara Kerja
Alat kelamin (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma tidak masuk ke dalam vagina, maka tidak ada pertemuan antara sperma dan ovum, dan kehamilan dapat dicegah. Ejakulasi di luar vagina untuk mengurangi kemungkinan air mani mencapai rahim.
Efektifitas
Metode coitus interuptus akan efektif apabila dilakukan dengan benar dan konsisten. Angka kegagalan 4-27 kehamilan per 100 perempuan per tahun. Pasangan yang mempunyai pengendalian diri yang besar, pengalaman dan kepercayaan dapat menggunakan metode ini menjadi lebih efektif.
Manfaat
Coitus interuptus memberikan manfaat baik secara kontrasepsi maupun non kontrasepsi.
Manfaat kontrasepsi
1. Alamiah.
2. Efektif bila dilakukan dengan benar.
3. Tidak mengganggu produksi ASI.
4. Tidak ada efek samping.
5. Tidak membutuhkan biaya.
6. Tidak memerlukan persiapan khusus.
7. Dapat dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain.
8. Dapat digunakan setiap waktu.
Manfaat non kontrasepsi
1. Adanya peran serta suami dalam keluarga berencana dan kesehatan reproduksi.
2. Menanamkan sifat saling pengertian.
3. Tanggung jawab bersama dalam ber-KB.
Keterbatasan
Metode coitus interuptus ini mempunyai keterbatasan, antara lain:
1. Sangat tergantung dari pihak pria dalam mengontrol ejakulasi dan tumpahan sperma selama senggama.
2. Memutus kenikmatan dalam berhubungan seksual (orgasme).
3. Sulit mengontrol tumpahan sperma selama penetrasi, sesaat dan setelah interupsi coitus.
4. Tidak melindungi dari penyakit menular seksual.
5. Kurang efektif untuk mencegah kehamilan.
Penilaian Klien
Klien atau akseptor yang menggunakan metode kontrasepsi coitus interuptus tidak memerlukan anamnesis atau pemeriksaan khusus, tetapi diberikan penjelasan atau KIE baik lisan maupun tertulis. Kondisi yang perlu dipertimbangkan bagi pengguna kontrasepsi ini adalah:
Coitus Interuptus
Sesuai untuk Tidak sesuai untuk
Suami yang tidak mempunyai masalah dengan interupsi pra orgasmik. Suami dengan ejakulasi dini.
Pasangan yang tidak mau metode kontrasepsi lain. Suami yang tidak dapat mengontrol interupsi pra orgasmik.
Suami yang ingin berpartisipasi aktif dalam keluarga berencana. Suami dengan kelainan fisik/psikologis.
Pasangan yang memerlukan kontrasepsi segera. Pasangan yang tidak dapat bekerjasama.
Pasangan yang memerlukan metode sementara, sambil menunggu metode lain. Pasangan yang tidak komunikatif.
Pasangan yang membutuhkan metode pendukung. Pasangan yang tidak bersedia melakukan senggama terputus.
Pasangan yang melakukan hubungan seksual tidak teratur.
Menyukai senggama yang dapat dilakukan kapan saja/tanpa rencana.
Cara Coitus Interuptus
1. Sebelum melakukan hubungan seksual, pasangan harus saling membangun kerjasama dan pengertian terlebih dahulu. Keduanya harus mendiskusikan dan sepakat untuk menggunakan metode senggama terputus.
2. Sebelum melakukan hubungan seksual, suami harus mengosongkan kandung kemih dan membersihkan ujung penis untuk menghilangkan sperma dari ejakulasi sebelumnya.
3. Apabila merasa akan ejakulasi, suami segera mengeluarkan penisnya dari vagina pasangannya dan mengeluarkan sperma di luar vagina.
4. Pastikan tidak ada tumpahan sperma selama senggama.
5. Pastikan suami tidak terlambat melaksanakannya.
6. Senggama dianjurkan tidak dilakukan pada masa subur.
Referensi
birth-control-comparison.info/withdrawal.htm diunduh 12 Maret 2010, 9:39 AM.

contracept.org/withdrawal.php diunduh 11 Maret 2010, 3:06 PM.

en.wikipedia.org/wiki/Coitus_interruptus diunduh 11 Maret 2010, 3:04 PM.

Delvin, D. 2008. Coitus Interruptus (Withdrawal Methods).

americanpregnancy.org/preventingpregnancy/withdrawal.html diunduh 11 Maret 2010, 3:09 PM.

netdoctor.co.uk/sex_relationships/facts/coitusinterruptus.htm diunduh 11 Maret 2010, 3:08 PM.

plannedparenthood.org/health-topics/birth-control/withdrawal-pull-out-method-4218.htm

KB SPERMISIDA

SPERMISIDA

Spermisida adalah alat kontrasepsi yang mengandung bahan kimia (non oksinol-9) yang digunakan untuk membunuh sperma.

Jenis spermisida terbagi menjadi:

1. Aerosol (busa).
2. Tablet vagina, suppositoria atau dissolvable film.
3. Krim.

Cara Kerja

Cara kerja dari spermisida adalah sebagai berikut:
1. Menyebabkan sel selaput sel sperma pecah.
2. Memperlambat motilitas sperma.
3. Menurunkan kemampuan pembuahan sel telur.

Pilihan

1. Aerosol (busa) akan efektif setelah dimasukkan (insersi).
2. Aerosol dianjurkan bila spermisida digunakan sebagai pilihan pertama atau metode kontrasepsi lain tidak sesuai dengan kondisi klien.
3. Tablet vagina, suppositoria dan film sangat mudah dibawa dan disimpan. Penggunaannya dianjurkan menunggu 10-15 menit setelah dimasukkan (insersi) sebelum hubungan seksual.
4. Jenis spermisida jeli biasanya digunakan bersamaan dengan diafragma.

Manfaat

Alat kontrasepsi spermisida ini memberikan manfaat secara kontrasepsi maupun non kontrasepsi.

Manfaat kontrasepsi
1. Efektif seketika (busa dan krim).
2. Tidak mengganggu produksi ASI.
3. Sebagai pendukung metode lain.
4. Tidak mengganggu kesehatan klien.
5. Tidak mempunyai pengaruh sistemik.
6. Mudah digunakan.
7. Meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual.
8. Tidak memerlukan resep ataupun pemeriksaan medik.

Manfaat non kontrasepsi
Memberikan perlindungan terhadap penyakit menular seksual termasuk HBV dan HIV/AIDS.
Keterbatasan

1. Efektifitas kurang (bila wanita selalu menggunakan sesuai dengan petunjuk, angka kegagalan 15 dari 100 perempuan akan hamil setiap tahun dan bila wanita tidak selalu menggunakan sesuai dengan petunjuk maka angka kegagalan 29 dari 100 perempuan akan hamil setiap tahun).
2. Spermisida akan jauh lebih efektif, bila menggunakan kontrasepsi lain (misal kondom).
3. Keefektifan tergantung pada kepatuhan cara penggunaannya.
4. Tergantung motivasi dari pengguna dan selalu dipakai setiap melakukan hubungan seksual.
5. Pengguna harus menunggu 10-15 menit setelah spermisida dimasukkan sebelum melakukan hubungan seksual.
6. Hanya efektif selama 1-2 jam dalam satu kali pemakaian.
7. Harus selalu tersedia sebelum senggama dilakukan.

Penanganan Efek Samping
Pemakaian alat kontrasepsi spermisida juga mempunyai efek samping dan masalah lain. Di bawah ini merupakan penanganan efek samping dan masalah-masalah yang timbul akibat pemakaian spermisida.

Efek Samping Atau Masalah Penanganan
• Iritasi vagina atau iritasi penis dan tidak nyaman Periksa adanya vaginitis dan penyakit menular seksual. Bila penyebabnya spermisida, sarankan memakai spermisida dengan bahan kimia lain atau bantu memilih metode kontrasepsi lain.
• Gangguan rasa panas di vagina Periksa reaksi alergi atau terbakar. Yakinkan bahwa rasa hangat adalah normal. Bila tidak ada perubahan, sarankan menggunakan spermisida jenis lain atau bantu memilih metode kontrasepsi lain.
• Tablet busa vaginal tidak larut dengan baik Pilih spermisida lain dengan komposisi bahan kimia berbeda atau bantu memilih metode kontrasepsi lain.
Petunjuk Umum
1. Sebagai alat kontrasepsi, spermisida harus diaplikasikan dengan benar sebelum melakukan hubungan seksual.
2. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum mengisi aplikator (busa atau krim) dan insersi spermisida.
3. Jarak tunggu 10-15 menit pasca insersi spermisida sebelum melakukan hubungan seksual. Kecuali bentuk spermisida aerosol (busa), tidak memerlukan waktu tunggu karena langsung larut dan bekerja aktif.
4. Perhatikan petunjuk pemakaian spermisida, baik cara pemakaian maupun penyimpanan dari setiap produk (misal: kocok terlebih dahulu sebelum diisi ke dalam aplikator).
5. Ulangi pemberian spermisida, bila dalam 1-2 jam pasca insersi belum terjadi senggama atau perlu spermisida tambahan bila senggama dilanjutkan berulang kali.
6. Menempatkan spermisida jauh ke dalam vagina agar kanalis servikalis tertutup secara keseluruhan.
Di bawah ini merupakan cara pemakaian alat kontrasepsi spermisida sesuai dengan bentuknya:
1. Aerosol (busa)


Cara pemakaian:
Sebelum digunakan, kocok tempat aerosol 20-30 menit. Tempatkan kontainer dengan posisi ke atas, letakkan aplikator pada mulut kontainer dan tekan untuk mengisi busa. Masukkan aplikator ke dalam vagina mendekati serviks dengan posisi berbaring. Dorong sampai busa keluar. Ketika menarik aplikator, pastikan untuk tidak menarik kembali pendorong karena busa dapat masuk kembali ke pendorong. Aplikator segera dicuci menggunakan sabun dan air kemudian keringkan. Aplikator sebaiknya digunakan untuk pribadi. Spermisida aerosol (busa) dimasukkan dengan segera, tidak lebih dari satu jam sebelum melakukan hubungan seksual.
2. Krim dan Jeli

Cara pemakaian:
Krim dan jeli dapat dimasukkan ke dalam vagina dengan aplikator dan atau mengoles di atas penis. Krim atau jeli biasanya digunakan dengan diafragma atau kap serviks, atau dapat juga digunakan bersama kondom. Masukkan spermisida 10-15 menit sebelum melakukan hubungan seksual. Isi aplikator dengan krim atau jeli. Masukkan aplikator ke dalam vagina mendekati serviks. Pegang aplikator dan dorong sampai krim atau jeli keluar. Kemudian tarik aplikator keluar dari vagina. Aplikator segera dicuci menggunakan sabun dan air kemudian keringkan.
Cara memasukkan spermisida bentuk busa, krim atau jeli dengan inserter.




Kontrasepsi Vagina Film/Tissue
Cara pemakaian:
Sebelum membuka kemasan, terlebih dahulu cuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Spermisida bentuk film/ tissue ini berupa kotak-kotak tipis yang larut dalam serviks. Untuk menggunakannya, lipat film menjadi dua dan kemudian letakkan di ujung jari. Masukkan jari Anda ke dalam vagina dan dorong film ke dalam vagina mendekati serviks. Keadaan jari yang kering dan cara memasukkan film secepat mungkin ke dalam vagina, akan membantu penempelan dan jari tidak menjadi lengket. Tunggu sekitar 15 menit agar film larut dan bekerja efektif.
3. Suppositoria

Cara pemakaian:
Suppositoria merupakan spermisida berbentuk kapsul yang dapat larut dalam vagina. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum membuka kemasan. Lepaskan tablet vagina atau suppositoria dari kemasan. Sambil berbaring, masukkan suppositoria jauh ke dalam vagina. Tunggu 10-15 menit sebelum melakukan hubungan seksual. Sediakan selalu tablet vagina atau suppositoria.
Cara memasukkan spermisida bentuk suppositoria.
Referensi
americanpregnancy.org/preventingpregnancy/spermicide.html
diunduh 8 Maret 2010, 05:42 PM.
birth-control-comparison.info/spermicide.htm diunduh 8 Maret 2010, 05:56 PM.
emedicinehealth.com/birth_control_spermicides/article_em.htm diunduh 9 Maret 2010, 12:21 PM.
health.alberta.ca/documents/Birth-control-Spermicide.pdf diunduh 10 Maret 2010, 7:32 PM.
hu-berlin.de/sexology/ATLAS_EN/html/methods_of_contraception.html diunduh 10 Maret 2010, 7:24 PM.
mayoclinic.com/health/spermicide/MY01005/DSECTION diunduh 8 Maret 2010, 05:30 PM.
plannedparenthood.org/health-topics/birth-control/spermicide-4225.htm diunduh 5 Maret 2010, 07:51 AM.
Saifuddin, BA. 2008. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. (Bagian Kedua MK 24- MK 27).

INVERSIO UTERI

INVERSIO UTERI
Nama : AGUSTIN PRASETYANINGATI
NIM : 090403002

PEMBAHASAN
Definisi :
Inversio Uteri adalah keadaan dimana fundus uteri masuk ke dalam kavum uteri,dapat secara mendadak atau terjadi perlahan. (Ilmu Kebidanan Penyakit kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan,Prof.dr.Ida Bagus M,SpOG)
Inversio uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau seluruhnya masuk ke dalam kavum uteri. (Obstetri Fisiologi & Obstetri Patologi,dr. Delfi Lutan Sp.OG)
Inversio Uteri adalah suatu keadaan dimana bagian atas uterus (fundus uteri ) memasuki kavum uteri sehingga fundus uteri sebelah dalam menonjol ke dalam kavum uteri,bahkan ke dalam vagina atau keluar vagina dengan dinding endometriumnya sebelah luar.(Ilmu Kandungan,Sarwono Prawiroharjo)
Inversio Uteri adalah suatu keadaan dimana badan rahim berbalik, menonjol melalui serviks (leher rahim) ke dalam atau ke luar vagina. (Obstetri Patologi ,UNPAD )

Inversio uteri merupakan keadaan dimana bagian atas uterus memasuki kavum uteri, sehingga fundus uteri sebelah dalam menonjol kedalam kavum uteri. Peristiwa ini jarang sekali ditemukan, terjadi tiba-tiba dalam kala III/ segera setelah plasenta keluar.(Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal,Sarwono Prawiroharjo)
Berikut ini adalah gambar inversio uteri

Klasifikasi
Inversio uteri dibagi atas :
(1). Inversio uteri ringan
Fundus uteri terbalik menonjol dalam kavum uteri, namun belum keluar dari ruang rongga rahim.
(2). Inversio uteri sedang
Fundus uteri terbalik dan sudah masuk dalam vagina.
(3). Inversio uteri berat
Uterus dan vagina semuanya terbalik dan sebagian sudah keluar vagina.
(Ilmu Kebidanan Penyakit kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan,Prof.dr.Ida Bagus M,SpOG)
Ada pula beberapa pendapat membagi inversio uteri menjadi
(1). Inversio inkomplit
Yaitu jika hanya fundus uteri menekuk ke dalam dan tidak keluar ostium uteri atau serviks uteri.
(2). Inversio komplit
Seluruh uterus terbalik keluar, menonjol keluar serviks uteri.
(3). Inversio local
Fundus uteri menonjolsedikit ke dalam cavum uteri
(4). Inversio parsial
Tonjolan fundus uteri terbatas hanya pada cavum uteri
(5). Inversio total
Tonjolan telah mencapai vagina atau keluar vagina
(Ilmu Kandungan,Sarwono Prawiroharjo)
Gejala
1. Dijumpai pada kala III atau post partum dengan gejala nyeri yang hebat,
perdarahan yang banyak sampai syok. Apalagi bila plasenta masih melekat dan
sebagian sudah ada yang terlepas dan dapat terjadi strangulasi dan nekrosis.
2. Pemeriksaan dalam :
– Bila masih inkomplit maka pada daerah simfisis uterus teraba fundus uteri
cekung ke dalam.
– Bila komplit, di atas simfisis uterus teraba kosong dan dalam vagina teraba
tumor lunak.
– Kavum uteri sudah tidak ada (terbalik).
Gejala-gejala inversio uteri pada permukaan tidak selalu jelas. Akan tetapi, apabila kelainan itu sejak awalnya tumbuh dengan cepat, seringkali timbul rasa nyeri yang keras dan bisa menyebabkan syok. Rasa nyeri yang keras disebabkan karena fundus uteri menarik adneksa serta ligamentum infundibulopelvikum dan ligamentum rotundum kanan dan kiri kedalam terowongan inversio dan dengan demikian mengadakan tarikan yang kuat pada peritoneum parietal. Kecuali jika plasenta yang seringkali belum lepas dari uterus masih melekat seluruhnya pada dinding uterus, terjadi juga perdarahan.
Peristiwa inversio uteri dapat menyebabkan meninggalnya penderita , akan tetapi kadang-kadang gejala-gejalanya tidak seberapa berat. (Prof.dr.Ida Bagus M,SpOG ,Ilmu Kebidanan Penyakit kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan)
Menurut UNPAD, gejala inversio uteri adalah :
a. Syok
b. Fundus uteri sama sekali tidak teraba di bawah pusat atau teraba tekukan pada fundus
c. Kadang-kadang tampak sebuah tumor yang merah diluar vulva. Hal itu adalah fundus uteri yang terbalik atau teraba tumor dalam vagina
d. Perdarahan
Etiologi
Inversio uteri biasanya dijumpai pada atau sesudah kala III persalinan. Tekanan pada fundus uteri yang dilakukan ketika uterus tidak berkontraksi baik , tarikan pada tali pusat kontraksi uterus yang tidak normal,dapat merupakan permulaan masuknya fundus uteri ke dalam cavum uteri,dan kontraksi uterus berturut-turut mendorong fundus yang terbalik ke bawah.

Gambar : Akibat traksi talipusat dengan plasenta yang berimplantasi dibagian fundus uteri dan dilakukan dengan tenaga berlebihan dan diluar kontraksi uterus akan menyebabkan inversio uteri

Menurut buku Obstetri Patologi ada tiga factor yang menyebabkan terjadinya inversio uteri yaitu :
1. Tonus otot rahim yang lemah
2. Tekanan atau tarikan pada fundus (tekanan intraabdominal , tekanan dengan tangan , dan tarikan pada tali pusat)
3. Kanalis servikalis yang longgar.
Diagnosa
Diagnosa inversio uteri akut biasanya tidak sulit. Gejala-gejalanya adalah syok,nyeri keras dan perdarahan ,tidak terabanya fundus uteri dibawah pusat ,dan adanya tumor lembek di vagina yang keluar dari servik uteri yang sedikit terbuka memastikan diagnostic. Pada inversio uteri menahun terlihat serta teraba pada pemeriksaan ginekologik sebuah tumor kenyal kemudian cincin dalam vagina yang dengan tangakinya masuk ke dalam dengan melewati lingkaran yakni ostium uteri eksternum yang sedikit terbuka , sedang diatas serviks uteri tidak teraba adanya korpus uteri. (Sarwono P,Ilmu Kandungan)
Penanganan
Sebagai tindakan pencegahan, dalam memimpin persalinan harus selalu waspada akan kemungkinan timbulnya inversio uteri.
Hal-hal yang perlu diwaspadai yaitu:
- Jangan memijat-mijat uterus saat tidak berkontraksi dan lembek.
- Jangan mengadakan tarikan pada tali pusat sebelum yakin bahwa placenta sudah lepas.
Pada inversio uteri yang sudah terjadi,sambil mengatasi syok dilakukan reposisi manual dalam narkosa.

Gambar : Reposisi Inversio Uteri.

Tangan kanan seluruhnya dimasukkan ke dalam vagina , melingkari tumor dalam vagina , dan telapak tangan mendorong perlahan-lahan tumor ke atas melalui serviks yang masih terbuka. Setelah reposisi berhasil maka tangan dipertahankan sampai dirasakan uterus telah berkontraksi dan kalau perlu dimasukkan tampon ke dalam cavum uteri dan vagina. Tampon dibuka setelah 24 jam dengan diberikan uterotonika terlebih dahulu sebelum tampon diangkat.
Pada inversio uteri menahun, prosedur diatas tidak bisa dilakukan karena lingkaran kontraksi pada ostium uteri eksternum sudah mengecil dan menghalangi lewatnya korpus uteri yang terbaik. Dalam hal ini perlu dilakukan operasi setelah infeksi diatasi.
Operasi vaginal terdiri atas operasi menurut kustner dan menurut spinelly. Pada operasi pertama lingkaran dipotong disebelah belakang , sedang pada operasi kedua, pemotongan dilakukan disebelah depan. Pemotongan lingkaran dan dinding diatasnya memungkinkan reposisi sesudah itu luka dijahit kembali. Haultain dan Hunington mengusahakan reposisi dengan laparotomi.(Sarwono P, Ilmu Kebidanan )

Gambar : Bila reposisi per vaginam gagal, maka dilakukan reposisi melalui laparotomi

Menurut buku obstetric patologi, terapi untuk inversio uteri yaitu sebagai berikut :
1. Atasi syok dengan pemberian infuse RL dan bila perlu transfusi darah.
2. Reposisi manual dalam anestesi umum sesudah syok teratasi (secara jhonson).
3. Jika placenta belum lepas, baiknya placenta jangan dilepaskan dulu sebelum uterus di reposisi karena dapat menimbulkan perdarahan banyak.
4. Setelah reposisi berhasil, drip oksitosin dan dapat dilakukan kompresi bimanual.
5. Pemasangan tampon rahim dilakukan supaya tidak terjadi lagi inversio.

Penanganan inversio uteri :

1. Pencegahan : hati-hati dalam memimpin persalinan, jangan terlalu mendorong
rahim atau melakukan perasat Crede berulang-ulang dan hati-hatilah dalam
menarik tali pusat serta melakukan pengeluaran plasenta dengan tajam.
2. Bila telah terjadi maka terapinya :
– Bila ada perdarahan atau syok, berikan infus dan transfusi darah serta perbaiki
keadaan umum.
– Segera itu segera lakukan reposisi kalau perlu dalam narkosa.
– Bila tidak berhasil maka lakukan tindakan operatif secara per abdominal
(operasi Haultein) atau per vaginam (operasi menurut Spinelli).
– Di luar rumah sakit dapat dibantu dengan melakukan reposisi ringan yaitu
dengan tamponade vaginal lalu berikan antibiotik untuk mencegah infeksi.
( dr. Delfi Lutan Sp.OG .Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi & Obstetri Patologi)













DAFTAR PUSTAKA

Lutan,dr.Delfi.1998.Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi & Obstetri Patologi. Jakarta : EGC
Saifuddin,Abdul B.2001.Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal.Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo
Manuaba, Prof.dr.Ida Bagus,SpOG.1998.Ilmu Kebidanan Penyakit kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan.Jakarta : EGC
Padjajaran,Universitas.2003.Obstetri Patologi Edisi 2,Jakarta : EGC
Wiknjosastro, H. 2006.Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Wiknjosastro, H.1997..Ilmu Kebidanan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo