Kamis, 29 September 2011

KEHILANGAN (LOSS)

KEHILANGAN (LOSS)
Pengertian :
Kehilangan adalah suatu situasi aktual maupun potensial yang dapat dialami individu ketika berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, baik sebagian atau keseluruhan, atau terjadi perubahan dalam hidup sehingga terjadi peasaan kehilangan.
Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialamioleh setiap individu selama rentang kehidupannya. Sejak lahir, individu sudah mengalami kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda.
Setiap individu akan bereaksi terhadap kehilangan, respons terakhir terhadap kehilangan sangat dipengaruhi oleh respons individu terhadap kehilangan sebelumnya (Potter dan Perry, 1997).
Kehilangan dapat memiliki beragam bentuk, sesuai nilai dan prioritas yang dipengaruhi oleh lingkungan seseorang yang meliputi keluarga, teman, masyarakat, dan budaya. Kehilangan bisa berupa kehilangan yang nyata atau kehilangan yang dirasakan. Kehilangan yang nyata adalah kehilangan orang/obyek yang tidak lagi bisa dirasakan, dilihat, diraba atau dialami seseorang, misalnya anggota tubuh, anak, hubungan, dan peran ditempat kerja. Kehilangan yang dirasakan merupakan kehilangan yang sifatnya uni. Menurut orang yang mengalami kedukaan, misalnya kehilangan harga diri/rasa percaya diri.

2.1.1. Jenis Kehilangan :
a) Kehilangan objek eksternal (misalnya kehancuran akibat bencana alam)
b) Kehilangan lingkungan yang dikenal (misalnya berpindah rumah, dirawat di rumah sakit, atau berpindah pekerjaan)
c) Kehilangan sesuatu/seseorang yang berarti (misalnya pekerjaan, kepergian anggota keluarga atau teman dekat, orang yang dipercaya atau binatang peliharaan).

2.
d) Kehilangan suatu aspek diri (misalnya anggota tubuh dan fungsi psikologis/fisik)

e) Kehilangan hidup (misalnya kematian anggota keluarga, teman dekat, atau diri sendiri).

2.1.2. Dampak kehilangan
a) Pada masa anak-anak, kehilangan dapat mengancam kemampuan untuk berkembang kadang-kadang akan timbul regresi serta merasa takut untuk ditinggalkan/dibiarkan kesepian.
b) Pada masa remaja/dewasa muda, kehilangan dapat terjadi disintegrasi dalam keluarga
c) Pada masa dewasa tua, kehilangan khususnya kematian pasangan hidup dapat menjadi pukulan yang sangat berat dan menghilangkan semangat hidup orang yang ditinggalkan berduka(grieving).
Berduka merupakan reaksi emosional terhadap kehilangan ; hal ini diwujudkan dalam berbagai cara yang unik pada masing-masing orang, didasarkan pada pengalaman pribadi, ekspektasi budaya dan keyakinan spiritual yang dianutnya. Sedangkan istilah kehilangan (bereavement) mencakup berduka dan berkabung (mourning) yaitu perasaan didalam dan reaksi keluar orang yang ditinggalkan. Hal ini terjadi dalam masa kehilangan dan sering dipengaruhi oleh kebudayaan/kebiasaan.


Elizabeth Kubler_rose membagi respon kehilangan dalam lima fase yaitu:





3.
1. Fase Pengingkaran
Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok, tidak percaya atau mengingkari kenyataan bahwa kehidupan itu memang benar terjadi, dengan mengatakan “ Tidak, saya tidak percaya itu terjadi “ atau “ itu tidak mungkin terjadi “. Bagi individu atau keluarga yang didiagnosa dengan penyakit terminal, akan terus mencar i informasi tambahan.Reaksi fisik yang terjadi pada fase ini adalah : letih,
lemah, pucat, diare, gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah, dan tidak tahu harus berbuat apa. Reaksi ini dapat berakhir dalam beberapa menit atau beberapa tahun.
2. Fase Marah
Fase ini dimulai dengan timbulnya suatu kesadaran akan kenyataan terjadinya kehilangan Individu menunjukkan rasa marah yang meningkat yang sering diproyeksikan kepada orang lain atau pada dirinya sendiri. Tidak jarang ia menunjukkan perilaku agresif, berbicara kasar, menolak pengobatan, menuduh dokter-perawat yang tidak pecus. Respon fisik yang sering terjadi antara lain muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal.
3. Fase Tawar-menawar
Individu telah mampu mengungkapkan rasa marahnya secara intensif, maka ia akan maju ke fase tawar-menawar dengan memohon kemurahan pada Tuhan. Respon ini sering dinyatakan dengan kata-kata “ kalau saja kejadian ini bisa ditunda, maka saya akan sering berdoa “. Apabila proses ini oleh keluarga maka pernyataan yang sering keluar adalah “ kalau saja yang sakit, bukan anak saya”.
4. Fase Depresi
Individu pada fase ini sering menunjukkan sikap menarik diri, kadang sebagai pasien sangat penurut, tidak mau bicara, menyatakan keputusasaan, perasaan tidak berharga, ada keinginan bunuh diri, dsb. Gejala fisik yang ditunjukkan antara lain : menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido manurun.
5. Fase Penerimaan
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Pikiran yang selalu
4.
berpusat kepada obyek atau orang yang hilang akan mulai berkurang atau hilang. Individu telah menerima kehilangan yang dialaminya. Gambaran tentang obyek atau orang yang hilang mulai dilepaskan dan secara bertahap perhatiannya akan beralih kepada obyek yang baru. Fase ini biasanya dinyatakan dengan “ saya betul-betul kehilangan baju saya tapi baju yang ini tampak manis “ atau “apa yang dapat saya lakukan agar cepat sembuh”.
Apabila individu dapat memulai fase ini dan menerima dengan perasaan damai, maka dia akan mengakhiri proses berduka serta mengatasi perasaan kehilangannya dengan tuntas. Tetapi bila tidak dapat menerima fase ini maka ia akan mempengaruhi kemampuannya dalam mengatasi perasaan kehilangan selanjutnya.
Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan (Lambert dan Lambert,1985,h.35). Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu dalam rentang kehidupannya. Sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentukyangberbeda.
Terlepas dari penyebab kehilangan yang dialami setiap individu akan berespon terhadap situasi kehilangan, respon terakhir terhadap kehilangan sangat dipengaruhi oleh kehilangan sebelumnya.


2.2. Tindakan Pada Pasien Menghadapi Kehilangan.

Tahap Pengingkaran
1. Memberikan kesepian pada pasien untuk mengungkapkan perasaannya dengan cara:



5.
a) Mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaan berdukanya.
b) Meningkatkan kesabaran pasien secara bertahap tentang kenyataan dan kehilangan apabila sudah siap secara emosional.
2. Menunjukkan sikap menerima dengan ikhlas dan mendorong pasien untuk berbagi rasa dengan cara:
a) Mendengarkan dengan penuh perhatian dan minat apa yang dikatakan oleh pasien tanpa menghukum/menghakimi.
b) Menjelaskan kepada pasien bahwa sikap tersebut dapat terjadi pada orang yang mengalami kehilangan.
3. Memberikan jawaban yang jujur terhadap pertanyaan pasien tentang sakit. Pengobatan dan kematian dengan cara:
a) Menjawab pertanyaan pasien dengan bahasa yang sudah dimengerti, jelas dan tidak berbelit belit
b) Mengamati dengan cermat respon pasien selama berbicara.
c) Meningkatkan kesadaran secara bertahap.

Tahap Marah
Mengizinkan dan mendorong pasien untuk mengungkapkan rasa marah secara verbal tanpa melawan dengan kemarahan dengan cara:
1. Menjelaskan kepada keluarga bahwa kemarahan pasien sebenarnya tidak ditujukan kepada mereka.
2. Mengizinkan pasien untuk menangis
3. Mendorong pasien untuk membicarakan rasa marahnya
4. Membantu pasien menguatkan sistem pendukung dan orang lain.

Tahap Tawar Menawar
Membantu pasien dalam mengungkapkan rasa bersalah dan takut dengan cara:
1. Mendengarkan ungkapan dengan penuh perhatian

6.
2. Mendorong pasien untuk membicarakan rasa takut atau rasa bersalahnya.
3. Bila pasien selalu mengungkapkan kata “kalau” atau “seandainya”beritahu pasien bahwa bidan hanya dapat melakukan sesuatu yang nyata
4. Membahas bersama pasien mengenai penyebab rasa bersalah atau rasa takutnya.

Tahap Depresi
1. Membantu pasien mengidentifikasi rasa bersalah dan takut dengan cara:
a) Mengamati perilaku pasien dan bersama dengannya membahas perasaannya.
b) Mencegah tindakan bunuh diri atau merusak diri sesuai derajad resikonya.
2. Membantu pasien mengurangi rasa bersalah dengan cara :
a) Menghargai perasaan pasien.
b) Membantu pasien menemukan dukungan yang positif dengan mengaitkan terhadap kenyataan.
c) Memberi kesempatan untuk menangis dan mengungkapkan perasaannya.
d) Bersama pasien membahas pikiran yang selalu timbul.

Tahap Penerimaan
Membantu pasien menerima kehilangan yang tidak bisa dielakkan dengan cara:
a) Membantu keluarga mengunjungi pasien secara teratur
b) Membantu keluarga berbagi rasa, karena setiap anggota keluarga tidak berada pada tahap yang sama pada saat yang bersamaan.
c) Membahas rencana setelah masa berkabung terlewati.
d) Memberi informasi akurat tentang kebutuhan pasien dan keluarga.





7.

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Penanganan pada pasien yang mengalami krisis kehilangan sangat diperlukan untuk minimalistik perasaan trauma. Setiap individu akan beraksi tehadap krisis kehilangan yang dialami yang nantinya akan memberi dampak pada individu tersebut.
3.2. Saran
Dalam menghadapi pasien yang mengalami krisis kehilangan. Maka kita harus memberi kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaan. Menunjukkan sikap menerima dengan ikhlas dan mendorong pasien untuk berbagi rasa serta memberikan jawaban yang jujur terhadap pertanyaan-pertanyaan pasien.

















8.
DAFTAR PUSTAKA

• Uliyah Musrifatul,A. Azis Alimul Hidayat.Ketrampilan Dasar Praktik KebidananJakarta:Salemba Medika;2006.
• www.google.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar