Kamis, 29 September 2011

Sejaran Perkembangan Pelayanan Kebidanan di Indonesia ( Dalam Negeri )

Sejaran Perkembangan Pelayanan Kebidanan di Indonesia ( Dalam Negeri )
Sejarah kebidanan adalah seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab profesi bidan dalam sistem pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan kaum perempuan khususnya ibu dan anak – anak. Layanan kebidanan yang tepat akan meningkatkan keamanan dan kesejahteraan ibu dan bayinya. Layanan kebidanan / oleh bidan dapat dibedakan meliputi :
a. Layanan kebidanan primer yaitu layanan yang diberikan sepenuhnya atas tanggung jawab bidan.
b. Layanan kolaborasi yaitu layanan yang dilakukan oleh bidan sebagai anggota tim secara bersama – sama dengan profesi lain dalam rangka pemberian pelayanan kesehatan.
c. Pelayanan kebidanan rujukan yaitu merupakan pengalihan tanggung jawab layanan oleh bidan kepada sistem layanan yang lebih tinggi atau yang lebih kompeten ataupun pengambil alihan tanggung jawab layanan / menerima rujukan dari penolong persalinan lainnya seperti rujukan.
Sejak dulu sampai sekarang tenaga yang memengan peranan dalam pelayana kebidanan ialah “Dukun Bayi” ia merupakan tenaga terpercaya dalam lingkungannya terutama dalam hal – hal yang berkaitan dengan reproduksi, kehamilan, persalinan dan nifas. pada zaman pemerintahan Hindia Belanda, angka kematian ibu dan anak sangat tinggi. tenaga penolong persalinan adalah dukun. pada tahun 1807 9zaman Gubernur jenderal Hendrik Wiliam Deandles) para dukun dilatih dalam pertolongan persalinan, tetapi keadanan ini tidak berlangsung lama karena tidak ada pelatihan kebidanan. praktek kebidanan modern masuk di Indonesia oleh doctor – dokter Belanda. pelayanan kesehatan termasuk pelayanan kebidanan hanya diperuntungkan bagi orang – orang Belanda yang ada di Indonesia. kemudian pada tahun 1849 dibuka pendidikan Dokter Jawa di Batavia (Di RS Milliter Belanda, sekarang RSPAD Gatot Subroto). seiring denan dibukanya pendidikan doter tersebut, pada tahun 1851 di buka pendidikan Bidan bagi wanita pribumi di Batavia oleh seorang Dokter militer Belanda (Dr. W. Bosch). lulusan ini kemudian bekerja di rumah sakit juga di masyarakat. mulai saat itu pelayanan kesehatan ibu dan anak dilakukan oleh dukun dan bidan. kursus bidan yang perrtama ini ditutup tahun 1873. tahun 1879, dimulai pendidikan bidan. tahun 1950, setelah kemerdekaan, jumlah para medis kurang lebih 4000 orang dan dokter umum kurang lebih 475 orang dan dokter dalam bidang obsgyn hanya 6 orang, pada tahun 1952, mulai diadakan pelatihan bidan secara formal agar dapat meningkatkan kualitas pertolongan persalinan. kursus untuk dukun masi berlangsung sampai dengan sekarang, yang memberikan kursus adalah bidan. perubahan pengeahuan dan keterampilan tentang pelayanan kesehatan ibu dan anak secarah menyeluruh di masyarakat dilakukan melalui kursus tambahan yang dikenal dengan istilah kursus tambahan bidan (KTB) pada tahun 1953 Jogjakarta yang akhirnya dilakukan pula di kota – kota besar lain di nusantara ini.
Seiring dengan pelatihan tersebut didirikan balai kesehatan ibu dan anak (BKIA) dimana bidan sebagai penaggung jawab pelayanan kepada masyarakat. dari BKIA inilah akhirnya menjadi suatu pelayanan terintregrasi kepada masyarakat yang dinamakan pusat kesehatan masyarakat atau Puskesmas pada tahun 1957.
Kegiatan BKIA yang dipimpin bidan adalah menyelenggarakan :
1. Pemeriksaan Antenatal
2. Pemeriksaan Post natal
3. Pemeriksaan dan Pengawasan bayi dan anak balita
4. Keluarga Berencana
5. Penyuluhan Kesehatan
Di BKIA ini diadakan juga pelatihan – pelatihan para dukun bayi. dengan meningkatkannya pendidikan tenaga kesehatan maka, pada tahun 1979 jumlah dokter obsgyn 286 orang dan bidan 16.888 orang di seluruh Indonesia. bidan yang bertugas di puskesmas berfungsi dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk pelayanan KB. mulai tauhun 1990 pelayanan kebidanan diberikan secara merata sesuai dengan kebutuhan masyarakat. kegiatan ini melalui intruksi presiden secara lisan pada tahun 1992 tentag perlunya mendidik bidan untuk penempatan di desa. tugas pokoknya adalah pelaksanaan pelayanan KIA khususnya pelayanan ibu hamil, bersalin , dan nifas serta pelayanan BBB. bidan di puskesmas orientasi kepada kesehatan masyarakat beda dengan bidan RS yang berorientasi pada individu.

2.2. Sejarah Perkembangan Pelayanan Kebidanan di Luar Negeri
2.2.1. Sebelum Abad 20 (1700 – 1900)
Wiliam Smellie dari Scotlandia (1677 – 1673) mengembangkan forceps dengan kurva pelvic seperti kurva shepalik. Dia memperkenalkan cara pengukuran metode tentang diagonalis dalam palvi metri. menggambarkan metodenya tentang persalinan lahirnya kepala pada presentasi bokong dan penganangan resultasi bayi aspiksi dengan pemompaan paru – paru melali sebuah metal kateler. Ignoz Phillip Semmelweiss. seorang dokter dari Hungaria (1818 – 1865) pengenalan sepsis puerperium. James Young Simpson dari Ederbrurgh, Scotlandia (1811 – 1870) memperkenalkan dengan menggunakan arastesi umum, tahun 1807, Ergot sejenis cendawan yang tumbuh pada sejenis gandung hitam, diketahui efektif dalam mengatasi pendarahan postpartum. hal ini merupakan permulaan pengguguran, tahun 1824 Jamess Blundell dari Inggris yang menjadi orang pertama yang berhasil menangani pendarahan postpartum dengan menggunakan tranfusi darah. Jean Lubumean dari Prancis (orang kepercayaan Rene Laenec, penemu stetoskop pada tahun 1819) pertama kali mendengar bunyi jantung janin dengan stetoskop pada tahun 1920. Jhon Cherles Weaven dari inggris (1811 – 1859) adalah. pada tahun 1843, pertama yang melakukan tes urine pada wanita hamil untuk pemeriksaan dan mengghubungkan kehadirannya dengan eklamsia.
Adolf Pinard dari Prancis (1844 – 1934) pada tahun 1878, mengumumnkan kerjanya pada palpasi abdominal Carl Crede dari Jerman (1819 – 1897) menggambarkan metodenya stimulasi urine yang lembut dan lentur untuk mengeluarkan placenta juduig badl, dokter obstetric dari Jerman (1842 – 1992), pada tahun 1875, menggambarkan lingkaran retyraksi yang pasti muncul pada pertemuan segment atas rahim dan segmen bawah rahim dalam persalinan macet / sulit. Daunce dari Bordeauz. pada tahun 1857, memperkenalkan pengguran incubator dalam perawatan bayi premature.
2.2.2. Abad 20
Potsnatal care sejak munculnya hospitalisasi untuk persalinan telah berubah dari perpanjangan masa rawatan sampai 10 hari, ke trend “Modern” ambulasi diri. yang pada kenyataannya, suatu pengambilan pada “cara yang lebih alami”. selama beberapa tahun, pemisahan ibu dan bayi merupakan praktek yang dapat diterima di banyak rumah sakit, dan alat menyusui bayi buatan mejadi dapat diterima, dan bahkan oleh norma! bagaimanapun, alami sekali lagi “membuktikan dirinya “rooing-in” dipraktekkan dan menyusui dipromosikan menyusui disemua rumah sakit yang sudah mendapat penerangan. perkembangan teknologi yang cepat telah monitoring anthepartum dan intrapartum yang telah mejadi mungkin dengan penguraan ultrasonogafi dan cardiotografi, dan telah merubah prognosis bagi bayi prmatur secara dramatis ketika dirawat di neobatal intensive acara urits, hal ini juga memungkinkan perkembangan yang menakjubkan.
2.2.3. Pelayan Bidan di Afrika Selatan
Perusakan Hindia Belanda timur yang membentuk tempat makan dan minuman di semenanjung. mempunya prakiran – prakiraan yang menyakir praktek para bidan yang dapatditerapkan di semenanjung tersebut. tapi mereka tdak menunjuk bidan pemerintah atau bidan yang sudah di angkat sumpah selama beberapa tahun peraturan – peraturan tersebut menetapkan bahwa para bidan harsu di uji dan diberi lisensi atau izin, dan mereka harsu memanggil pertolongan medis bila ada indikasi. saat penempatan dipeluas, wanita di desa khususnya harsu di tolong oleh wanita yang lebih tua belum di latih dari masyarakat. bidan pemerintah memperoleh pengghargaan yang tinggi salah satu dari mereka. Alkta Kaisters, ditunjuk pada tahun 1687 sebagai kepala perawatan di rumah sakit persahaan, dan menjadi bidan pertama yang melaksanakan tugas – tugas perawatan umum sebagaimana tugas – tugas kebidanan.
Pelayanan kebidanan pertama diberikan oleh pegawai pemerintah dan bidan swasta lebih banyak ditempatkan di wilayah berkembang sementara masyarakat pedesaan dilayani oleh wanita penuh baya yang belum terlatih dengan pengalaman kebidanan “outansi” yangs eringkali melaksanakan perawatan umum dan bahkan untuk pelayanan akan hewan peliharaan juga dalam beberapa hal / keadaan. situasi itu masih berlaku. terlihat dimana terdapat sedikit perkembangan dalam pelayanan dan pelatihan kebidanan sampai awal abad ke 19 dibawah pemerintahan Batavia yang mengambil alih semenanjung dari perusahaan Hindia Belanda timur yang bubar, seorang dokter bedah bernama Dr. Leishing mereka mendasikan dimana telah didirikan sebuah sekolah kebidanan ini untuk mengganikan sistem magan perusahaan dan terjadi sebelum pendudukan British kedua di semenanjung tersebut, Komite medis tertinggi meniunjau kembali lisensi dokter. bidan da apoteker dan menemukan bahwa enam bidan yangs udah mempunyai lisensi tidak memenuhi kriteria mereka.
Ide pendirian sekolah nkebidanan baru terlaksana pada tahun 1808, saat seorang dokter bedah dari pemerintah Batavia terdahulu. Dr. Johann Hunrich Frederich Carel Leopold Wehr, mengajukan permohonan pada gubernur semenanjung untuk mendirikan sekolah seperti itu. Dr. Wehr sangat tertarik pada kebidanan, dan dia mengugkapkan perhatian yang besar pada kurangnya bidan yang berkualitas bagi Cape Town dan daerah – daerahnya, dan standart asuhan kebidanan yang jelek yang diberikan oleh orang – orang yang tidak mempunyai lisensi atau izin. Dia tunjuk sebagai Accoucher Kolonial dengan wewenang untuk melatih sejumlah besar bidan untuk melayani mayarakat. dia akan membantu para bidan yang bekerja diantara orang miskin, tanpa bayarannya, tapi dia minta gaji yang sesuai untuk mengimbangi pelayanan di sana. Gubernur Earl of caledon menyetujui pendirian sekolah tersebut pada tanggal 1 November 1810, dan Dr. Wehr ditunjuk sebagai instruktur colonial kebidanan. dengan demikian, lahirlah sekolah professional pertama dari jurusannya di Afrika selatan, dan pelatihan para bidan di mulai pada tahun 1811.
Tujuh kandidat yang menyelesaikan pelatihan tersebut, dan terkualifikasi pada tahun 1813 merupakan professional pertama yang terlatih dan terkualifikasi di Afrika Selatan.
Kode etik yang diikrarkan dipegang teguh saat mereka melakukan “Sumpah Jabatan” yang mencakup banyak elemen yang terwujud dalam kode etik atau sikap saat ini. kodfe ini meliputi persyaratan untuk, perilaku pribadi atau perseorangan, hubungan dengan bidan yang lain. dengan dokter da utusan agama, rahasia profesi, dan meminta bantuan medis jika diperlukan. dua awal penting dalam sejarah kebidanan di Afrika Selatan terjadi selama priode ini. kira – kira pada tahun 1809. seorang utusan medis dari masionary society London, Dr. Van der kemp, menulis sebuah buku saku tentang kebidanan bagi pembantunya. tampaknya ini merupakan buku kebidanan pertama yang ditulis di Afrika Selatan. pada tahun 1816, oprasi seksio caesares pertama dilakukan pada isteri Mr. Thomas Munnik oleh Dr. James Barry. Anak tersebut diberi nama James Barry Munik. permulaan dan pelatihan modern saudari henrieha Stockdale. tahap penting berikutnya dalam perkembangan pelatihan kebidanan digembor – gemborkan oleh kedatangan saudari Henrichtta Stockdate di Afrika Selatan, yang pada tahun 1867 dikirim oleh komunitasnya ke rumah sakit Carnarvon di Kimberly, disini Dr. JAMES Prince, seorang dokter kanada, memutuskan untuk menyusun pelayanan kebidanan daerah dengan bantuan bidan Ella Ruth terdaftar sebagai perawat umum pada tahun 1919 dan sebagais eorang bidan pada tahun 1920, sehingga menjadi wanita kulit berwarna pertama yang memiliki kualifikasi ganda. pelatihan kebidanan bagi orang kulit hitam dimulai sesudahnya, dan pada tahun 1927, dirumah sakit Mc card zulu di duban, Beatrice msimang, menjadi anita kulit hitam pertama yang menjadi perawat dan bidan yang terdaftar. Perkembangan – perkembangan pada tahun 20. usia yang diizinkan masuk. sebelum ada pearturan – peraturan dewan medis Afrika Selatan, tidak ada penentuan batas usia. beberapa sekolah menetapkan bahwa para siswa harus berusia 24 – 50 tahun. sekolah yang lain menetapkan 21 – 45 tahun. semua sekolah mewajibkan orang yang sudah dewasa.
Kebidanan bukan merupakan profesi yang diinginkan bagi gadis – gadis yang belum menikah. kemudian, siswa perawat dan siswa bidan tidak di izinkan untuk menikah dan siapapun yang memutuskan untuk menikah harus berhenti dari pelatihan.
Pada tahun 1960-an, peraturan – peraturan tersebut diperlonggar, dan wanita yang sudah menikah di izinkan untuk melanjutkan pelatihan tahun 1923, sertifikat standar enam telah dapat diterima, kemudian muncul standart tujuh pada tahun 1929, kemudian standart delapan pada tahun 1949 dan pada tahun 1960, standart sepuluh merupakan standart pendidikan minimal yang diwajibkan.
2.2.4. Pelayanan Bidan di Amerika
Di Amerika, para bidan berperan seperti dokter, berpengalaman tanpa pendidikan yang spesifik, standart – standart, atau peraturan – peraturan sampai pada awal abad ke 20. kebidanan, sementara itu dianggap menjadi tidak diakui dalam sebagian besar yuridiksi (hukum – hukum) dengan istilah “nenek tua” kebidanan akhirnya padam, profesi bidan hampir mati. sekitar tahun 1700, para ahli sejarah memprediksikan bahwa angka kematian ibu di AS sebanyak 95%. salah satu alasan kenapa dokter banyak terlibat dalam persalinan adalah untuk menghilangkan praktek sihir yang masih ada pada saat itu. dokter memegang kendali dan banyak memberikan obat – obatan tetapi tidak mengindahkan aspek spiritual. sehingga wanita yang menjalani persalinan selalu dihinggapi perasaan takut terhadap kematian. walaupun statistik terperinci tidak menunjukkan bahwa pasien – pasien bidan mungkin tidak sebanyak dari pada pasien dokter untuk kematian demam nifas atau infeksi puerperalis, seagian besar penting karena kesakitan maternal dan kematian saat itu. tahun 1765 pendidikan formal untuk bidan mulai di buka pada akhir abad ke 18 banyak kalangan medis yang terdapat bahwa secara emosi dan intelektual wanita tidak dapat belajar dalam menerapkan metode obstetric. pendapat ini di gunakan untuk menjatuhkan profesi bidan, sehingga bidan tidak mempunyai pendukung, uang tidak terorganisir dan tidak dianggap professional. pada pertengahan abad antara tahun 1770 dan 1820, para wanita golongan atas dokota – kota Amerika, mulai meminta bantuan “para bidan pria” atau para dokter. sejak awal 1990 setengah persalinan di AS ditangani oleh dokter, bidan hanya menangani persalinan wanita yang tidak mampu membayar dokter. dengan berubahnya kondisi kehidupan di kota,persepsi-persepsi baru para wanita dan kemajuan dalam ilmu kedokteran,kelahiran menjadi semakin meningkat dipandang sebagai satu masalah medis sehingga di kelola oleh dokter.Tahun 1915 dokter Joseph de lee mengatakan bahwa kelahiran bayi adalah proses patologis dan bidan tidak mempunyai peran didalamnya,dan diberlakukannya protap pertolongan persalinan di AS yaitu : memberikan sedative pada awal inpartu,membiarkan serviks berdilatasi memberikan ether pada kala dua,melakukun episiotomi,melahirkan bayi dengan forcep ekstraksi plasenta,memberikan uteronika serta menjahit episiotomi. Akibat protap tersebut kematian ibu mencapai angka 600-700 kematian per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1900-1930, dan sebanyak 30-50% wanita melahirkan di rumah sakit. Dokter Grantly Dicke meluncurkan buku tentang persalinan alamiah. Hal ini membuat para spesialis obstetric berusaha meningkatkan peran tenaga diluar medis, termasuk bidan. Pada waktu yang sama karena pelatihan para medis yang terbatas bagi para pria, para wanita kehilangan posisinya sebagai pembantu pada persalinan, dan suatu peristiwa yang dilaksanakan secara tradisional oleh suatu komunitas wanita menjadi sebuah pengalaman utama oleh seorang wanita dan dokternya.
Tahun 1955 America College of Nurse – Midwives (ACNM) dibuka. Pada tahun 1971 seorang bidan di Tennesse mulai menolong persalinan secara mandiri di institusi kesehatan. Pada tahun 1979 badan pengawasan obat Amerika mengatakan bahwa ibu bersalin yang menerima anasthesi dalam dosisi tinggi telah melahirkan anak-anak yang mengalami kemunduran perkembangan psikomotor. Pernyataan ini membuat masyarakat tertarik pada proses persalinan alamiah, persalinan di rumah dan memacu peran bidan. Pada era 1980-an ACNM membuat pedoman alternatif lain dalam homebirth. Pada tahun yang sama dibuat legalisasi tentang opraktek professional bidan, sehingga membuat bidan menjadi sebuah profesi dengan lahan praktek yang spesifik dan membutuhkan organisasi yang mengatur profesi tersebut.
Pada tahun 1982 MANA (Midwive Alliance Of North America) di bentuk untuk meningkatkan komunikasi antar bidan serta membuat peraturan sebagai dasar kompetensi untuk melindungi bidan. Di beberapa Negara seperti Arizona, bidan mempunyai tugas khusus yaitu melahirkan bayi untuk prawatan selanjutnya seperti merawat bayi, memberi inkeksi bukan lagi tugas bidan, dia hanya melakukan jika diperlukan namun jarang terjadi. Bidan menangani 1,1% persalinan di tahun 1980 : 5,5% ditahun 1994. Angka section ceasaria menurun dari 25% (1988) menjadi 21% 1995. Penggunan focep menurun dari 5,5% (1989) menjadi 3,8% (1994). Dunia kebidanan berkembang saat ini sesuai peningkatan permintaan untuk itu profesi kebidanan tidak mempunyai latihan formal, sehingga ada beberapa tingkatan kemampuan, walaupun begitu mereka berusaha agar menjadi lebih terpercaya, banyak membaca dan pendekatan tradisional dan mengurangi teknik invasive untuk pertolongan seperti penyembuhan tradisional.
Hambatan – hambatan yang dirasakan oleh bidan Amerika Serikat saat ini anatara lain :
• Walaupun ada banyak undang – undang baru, direct entry midwives masih dianggap ilegal dibeberapa Negara bagian.
• Lisensi praktek berbeda tiap Negara bagian, tidak ada standart nasional sehingga tidak ada definisi yang jelas tentang bidan sebagai seorang yang telah terdidik dan memiliki standart kompetensi yang sama. Sedikit sekali data yang akurat tentang direct entry midwives dan jumlah data persalinan yang mereka tangani.
• Kritik tajam dari profesi medis kepada direct entry midwives ditambah dengan isolasi dari system pelayanan kesehatan pokok telah mempersulit sebagian besar mereka untuk memperoleh dukungan medis yang adekuat bila terjadi keadaan gawat darurat. Pendidikan kebidanan biasanya terbentuk praktek lapangan, sampai saat ini mereka bisa menangani persalinan dengan pengalaman sebagai bidan. Bidan adalah seorang yang telah menyelesaikan pendidikan selama 4 tahun dan praktek lapangan selama 2 tahun, yang mana biaya yang sangat mahal. Kebidanan memiliki sebuah organisasi untuk membentuk standart, menyediakan sertifikat dan membuat ijin praktek. Saat ini AS merupakan Negara yang menyediakan perawatan meternita termahal di dunia, tetapi sekaligus merupakan Negara industri yang paling buruk dalam hasil perawatan natal di Negara – Negara industri lainnya.
2.2.5. Pelayanan Bidan di Australia
Florence Nightingale adalah pelopor kebidanan dan keperawatan yang dimulai dengan tradisi dan latihan – latihan pada abad 19. Tahun 1824 kebidanan masih belum di kenal sebagai dari pendidikan medis di inggris dan Australia dimulai pada tahun 1862. Lulusan itu dibekali dengan pengetahuan teori dan praktek. Pendidikan Diploma Kebidanan dimulai tahun 1893, dan sejak tahun 1899 hanya bidan sekaligus perawat yang terlatih yang boleh bekerja di rumah sakit. Sebagian besar wanita yang melahirkan tidak terawat dengan selayaknya oleh masyarakat. Ketidak seimbangan seksual dan moral di Australia telah membuat prostitusi berkembang dengan cepat. Hal ini menyebabkan banyak wanita hamil di luar nikah dan jarang mereka dapat memperoleh pelayanan dari bidan atau dokter karena pengaruh sosial mereka atau pada komunitas yang terbatas, meskipun demikian di Australia bidan tidak bekerja sebagai perawat, mereka bekerja sebagaimana layakya seorang bidan. Pendapat bahwa seorang bidan haru reflek menjadi seorang perawat dan program pendidikan serta praktek bantak di buka di beberapa tempat dan umumnya dibuka atau disediakan oleh Non Bidan.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pelayanan kebidanan merupakan seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab profesi bidan dalam sistem pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kaum perempuan khususnya ibu dan anak – anak.
Dulu dukun bayi memengang peranan penting dalam pelayanan kebidanan karena dukun bayi merupakan tenaga terpercaya dalam lingkungan terutama dalam hal- hal yang berkaitan dengan reproduksi, kehamilan, persalinan dan nifas.

3.2 Saran
• Agar mengurangi angka kematian ibu dan bayi.
• Meningkatkan kwalitas pelayanan kebidanan
• Dpat mejalani kerja sama dengan tenaga kesenhatan khususnya kebidanan di luar negeri.

DAFTAR PUSTAKA

 Sofyan, Mustika. dkk. 2006. Ikatan Bidan Indonesia Jakarta : PP IBI
 http : // www. midwiferytoday. com
 http : // www. ultimatenurse. com
 www. northnet.org/stlawrenceaauw/midwife

Tidak ada komentar:

Posting Komentar